Kamis, 16 Agustus 2012

I Proud To Be A MOSLEM

"Bisakah aku menjadi wanita yang solehah?" 
"Menutup aurat sebagaimana mestinya diperintahkan dalam Al- Qur'an?" 
"Berjilbab. Mengais Al- Qur'an. Beristiqamah. Taat. Sopan. Berakhlak. Akankah aku meraihnya?"
"Akankah Allah mau memaafkanku?"



Pertanyaan- pertanyaan itu seakan membuatku paling lemah diantara hamba Allah lainnya. Aku yang belum mengetahui apa- apa tentang pentingnya itu semua, yang masih menyepelekan Agama, aku yang selalu mengabaikan perintah- perintah Allah, betapa bodohnya aku, bukan? Islam adalah Agamaku, tapi sifatku? aku selalu membohongi diri sendiri, berbohong, malas, hal bodoh lainnya. Dunia, dunia membutakan setiap manusia didalamnya.

Astagfirullahaladzim, astagfirullahaladzim, astagfirullahaladzim,


Kini saat aku sudah berusia 15 tahun, aku baru menyadari itu semua. Maka Ya ALLAH, ampunilah aku, terimalah taubatanku Ya ALLAH. . . 

Aku berniat untuk berubah, aku ingin menjadi gadis Islam seutuhnya. Mudah-mudahan. aminnn
Sesungguhnya aku rindu utusan-Mu Ya Allah, Nabi Muhammad S.A.W.


Apalagi sekarang bulan suci Ramandhan, dan sekitar dua hari lagi, akan menghadapi Iedul Fitri .  

Betapa bahagianya setiap umat Muslim, saling bermaafan dan silaturahim.
Subhanallah. Alhamdulliah, aku masih bisa berkumpul bersama keluargaku.





Amanat : Bertaubatlah selagi masih berumur, sadarilah dosa yang telah kita perbuat selama ini. 
Beristiqomahlah yang telah mematuhi setiap perintah Allah dan Rasul-Nya.                                                                                           




                                                                                                                        Kamis, 16/08 2012, 17:39
                                                                                                                        Surat pengaduanku

Minggu, 05 Agustus 2012

The New Part Of My, Life Better and More


Halo perkenalkan, namaku Rachel Hurd Wood.
Aku menduduki bangku kelas X di Summerton High School, London. Aku mempunyai satu orang sahabat, dia begitu peduli dan mengerti setiap keadaanku, begitupun aku sebaliknya, dia bernama Anna Sophia Rabb. Disekolah, kami mengikuti extrakulikuler basket, ya hitung- hitung mengembangkan hoby baru kami. Aku juga memiliki seorang adik yang bernama Lucy dan seorang wanita yang amat aku sayangi, beliau Mama-ku. Mama yang menggantikan posisi Papa selama ini, karena Papa sudah tiada. Papa meninggal akibat kecelakaan yang membuat saraf- saraf otaknya tak berfungsi kembali. Untuk mencukupi kehidupan sehari- hari, Mama memiliki bisnis sendiri, Toko Kue. Mama juga memiliki beberapa orang pekerja untuk membantunya.

05.35             
Sinar mentari pagi menampakkan sinarnya hingga menembus gordeng kamarku. Sinar mengkilaupun menyapa kulitku dan mengalihkanku untuk segera beranjak mengawali hari ini dengan bersekolah. Tanpa berfikir panjang aku langsung membilas, membersihkan seluruh tubuhku ini dengan siramman air dingin yang segar. Aku kenakan seragam SMA-ku, menggoreskan sentuhan- sentuhan make- up natural yang remaja lainpun melakukannya. Aku segera menghampiri Mama yang tengah terlihat begitu repot diatas meja makan sana, akupun membantunya seraya berkata,
“Pagi, Ma.” Seruku menyapanya.

“Pagi sayang, Oya bangunkan adikmu Lucy, ini biar Mama saja yang membereskannya!” pintanya. Akupun bergegas menuju kamar Lucy dan membuatnya berpaling dari dunia mimpi kedunia nyata. Setelah terbangun, Lucy menuruti kata- kataku.

“Setelah rapi, kau langsung pergi kemeja makan!” suruhku. “Baik, Kak” jawab Lucy.

06.45
“Bye Ma.” Ujarku berbarengan dengan Lucy seraya berpamitan dan tak lupa mencium punggung tangan Mama.          

                          Aku dan Lucy menaiki motor maticku sendiri, pemberian dari Papa sewaktu beliau masih ada. Aku mengantar Lucy kesekolah, dia masih menduduki bangku kelas VII di Cornwall Junior High School. Aku berpisah dengannya saat bangunan gedung sekolahnya terpampang jelas dihadapanku. Kamipun berpamitan. Tak lama dari itu, akupun sampai disekolahku, begitu aku sampai aku langsung memparkirkan motorku yang dibantu oleh Pak. Satpam.

“Rachel!” teriak Anna sahabatku. Akupun langsung membalikkan tubuhku untuk mencari sosoknya.

“Hey, Anna!” balasku. Langsung Anna pun menghampiri dan merangkul bahuku.

“Bagaimana? Apa kau siap?” tanyanya ditengah- tengah kami berjalan menuju kelas.

“Siap? Tanding basket, uji coba nanti?” balasku yang berbalik tanya. “Yepp.. benar!” balasnya.    

“Tentu saja aku siap. Kau?” tanyaku.

“Always” responnya yang diiringi tawaan kami. Yeah tanding basket putri tepatnya sepulang sekolah, saat pembelajaran telah usai. Pelatih extrakulikuler basket disekolah kami akan mengadakan tanding antar sesama anggota yang sebelumnya telah ditentukan oleh pelatih sendiri.
           
                               Kring.. kring.. bel sekolah pun telah berdentang, menandakan kegiatan belajar mengajar akan segera dimulai. Selang beberapa saat kemudian seorang guru fisika masuk kekelas kami dan memulai pembelajarannya. Waktu terus berputar tanpa henti dan tepat pukul 13.00 kegiatan belajarpun telah usai dan kegiatan selanjutnya yaitu Ekskul yang terdiri dari berbagai macam extrakulikuler salah satunya basket. Kegiatannya akan dimula setengah jam lagi. Aku dan Anna mempergunakan waktunya untuk berganti pakaian dan beristirahat. Kami memilih kantin sebagai tempat peristirahatan kami. Ketika kami sedang asyik makan, segerombolan 3 orang yang selalu membuat onar disekolah ini menghampiri kami berdua, mereka adalah seorang siswa yang tidak mau kalah dalam hal apapun. Diantaranya Selena, Demi dan Taylor.

“Ow.. ow sedang mempersiapkan energy untuk tanding ya?” ucap Demi. Kami tak menanggapi ocehannya, sesekali kami hanya melirik 
mereka dengan tatapan malas.

“TULI!! Dasar kampungan.” Sambung Taylor.

“Permisi, kami mau makan siang. Jadi tolong jangan ganggu kami!” bantahku setengah emosi.

“Hahaa.. kalian berani melawanku hah?” ledek Selena sambil menarik kerah bajuku.

“Apa yang kami takutkan dari kalian? Kalian makan nasi juga kan?” tangkas Anna. Mengetahui Anna berbicara seperti itu Taylor hampir menjambak rambut kami berdua, namun Selena dan Demi menahannya.

“Sudahlah!” ujar Demi

“Ya, mereka juga pasti akan malu atas kekalahan tanding basket melawan kami nanti!” tambah Selena.

“Oya? Kalah? Hey bung, pertandingannya baru akan dimulai!” balasku dan diangguki Anna.

“Ya whatever pecundang!” ledek Taylor. “Hhh.. kita lihat saja nanti, penggerutu!” seru Anna
Saat Pertandingan              
                                Sudah 15 menit pertandingan berlangsung dan score dipimpin oleh Selena beserta kelompoknya selisihnya satu- satu. Pertandinganpun berada diujung waktu, Selena masih memimpin namun 5 menit sebelum pertandingan berakhir aku menjebolkan ring basketnya dan disusul oleh Anna, sehingga score pun berpihak padaku sampai pertandingan usai. Yeppy, kami mengalahkannya.
Waktunya pulang, aku dan Anna tertawa berseri- seri, akhirnya Selena dan kedua sobatnya itu termakan omongannya sendiri. Aku dan Anna berjalan menuju tempat parkir dimana motorku disimpan disana, Anna selalu nebeng padaku lagian rumah kami satu arah. Namun, tiba- tiba saja Selena, Demi dan Taylor menghampiri kami dengan wajah kesalnya.

“Kali ini kalian bisa menang, tapi next time tidak akan lagi! Come on guys, cabut.!” Bentak Selena seraya berlalu meninggalkan kami. Demi dan Taylor menyenggol kasar kami berdua. Sungguh menyebalkan! Tak lama dari itu Justin, yeah Justin Bieber dia kekasihku. Dia menghampiri kami dengan senyuman mautnya. Oow he’s really perfect to me.

“Hey babe, congrat’ kau dan Anna bisa mengalahkan mereka Selena dan kedua sahabatnya. Sekali lagi selamat ya!” ujarnya.

 “Hey. Emm thank you.” Jawabku malu. Hahah..

“Oya, rencananya malam ini aku akan mengajakmu dinner ditempat biasa, kau mau?” tanyanya dengan raut wajah memohon.

“Malam ini? Ya, baiklah. Dan berhenti menatapku seperti itu!” jawabku dan diiringi senyumannya.

“Oke, sampai ketemu nanti. Bye babe and bye Anna.” Ujarnya seraya berlalu.

“Bye!” ujar kami berdua.

At Yummy Restaurant. 19.00

                             Aku dan Justin telah menjalin hubungan sekitar 7 bulan. Aku duduk berhadapan dengannya sambil menyantap beberapa hidangan yang telah kami pesan tadi, disamping meja makan terdapat dua buah lilin kecil. Saat aku sedang menyuapkan sesendok steak kemulutku, Justin tengah menatapku. Merasa aneh aku menghentikan makanku dan berkata,

“Justin, ada apa?”

“No.. nothing but just, you’re really beautiful tonight.” Ujarnya memuji dan pasti pipiku memerah saat itu.

“Hey, stop it!” responku. “And thanks.” Sambungku sambil mencibirnya.

“Haha.. bahkan saat kau sedang cemberut seperti itu, kau tambah cantik!”

“Aargh Justin.!!” Ketusku dan Justin tertawa geli saat itu, sehingga seisi orang diRestaurant ini melihat kami, langsung aku membungkam mulutnya rapat- rapat. Namun tetap saja Justin masih tertawa sedikit berdesis.

“ I’am sorry Rachel, aku- aku ahaha..” ujarnya belum selesai dan Justin malah kembali tertawa. Aku hanya terdiam dan menatapnya tajam bermaksud untuk menyuruh Justin terdiam.

“Rachel.” Sambungnya seraya menggenggam erat tanganku, kali ini dia sudah berhenti tertawa.

“Mmm” jawabku singkat. “Ayolah, aku hanya bercanda.” Balasnya. Kali ini dia benar- benar serius.

“Hhhh.. baiklah! Hey, lepaskan tanganku Justin!”. Pintaku dengan sedikit berbisik.

“Tidak bisa, aku hanya ingin bilang..”

“Bilang apa?” tanyaku penasaran. Tidak biasanya dia seperti ini.

“I really Love you.” Serunya.

“Hentikan! Ya aku tahu! Sekarang hentikan!” desahku.

“Hey, aku benar- benar. Apa kau juga sangat mencintaiku? Kalau memang iya, katakan kalimat yang sama.!” Suruhnya masih menggenggam tanganku. Hah? idih Justin kenapa? Kan dia juga sudah mengetahuinya semenjak kami berpacaran bukan? -__-

“Ada apa denganmu?”.ujarku aneh 

“Katakan saja!” pintanya. 

“I really Love You too”. 
“Kau sudah puas?” jawabku. Justin hanya meresponnya dengan anggukan kepala sambil tersenyum padaku.

Keesokan harinya.
Disekolah.     

                                Kabarnya pagi ini kelas kami kedatangan murid baru. Dan benar saja saat jam pembelajaran akan dimulai, wali kelas kami memperkenalkannya pada kami. Namanya Skandar Keynes dia pindahan dari Senior High School Of Anime. Wajahnya tampan, dia juga blaster Inggris- Arab. Dia terlihat sangat ramah, murah senyum pula. Skandar duduk tepat dibelakangku, sesekali aku meliriknya dan ya ampun aku malu karena, Skandar menangkap pandanganku sambil tersenyum. OMG padahal aku telah memiliki kekasih, Justin. Lupakan! I don’t Wanna Be a Playgirl.                                                                                                               
                          
                                                                                             *********

Hari demi hari Aku, Anna dan Skandar menjadi teman akrab, sesekali kami sering bertukar pendapat tentang ini, itu bahkan, kami selalu curhat setiap bertemu. Melihat hal ini Justin sedikit mendesahku agar tidak terlalu dekat dengannya, jujur saja Justin tidak begitu menyukainya. Entah mengapa. Suatu hari, aku dikagetkan oleh kabar yang membuatku sangat sedih dan juga kaget. Anna, yeah dia harus pindah rumah sekaligus pindah sekolah karena Papa-nya memilih pindah tempat yang lebih strategis untuk perusahaannya. Jelas hal itu membuat aku dan Skandar terpuruk, tapi ya mau bagaimana lagi. Kini sehari- hari aku selalu memperkuat tali persahabatanku dengan Skandar.       
                                  Seiring berjalannya waktu, ada sedikit rasa yang berbeda yang aku rasakan pada Skandar. Tapi, apa yang aku lakukan? Ah tidak, tidak!! Aku tidak ingin mengkhianati Justin Bieber, kekasihku selama ini. Aku akan mencoba setia padanya. Selama ini aku belum mengetahui sesosok wanita yang ada didalam kehidupan Skandar, ya dia mencoba berbicara padaku. Dia belum mempunyai kekasih saat ini. Dan bila suatu saat nanti ada seorang wanita yang dapat meluluhkan hatinya, mungkin wanita itu akan menjadi cinta pertamanya.

Dirumah      
                                   Rencananya sore ini aku akan pergi ke danau sekaligus sebuah taman, jaraknya tidak begitu jauh dari rumahku. Skandar mengajakku kesana. Kira- kira dia mau apa ya? Haha.. entahlah, sebelum aku benar- benar pergi dari rumah, aku senyum- senyum enggak jelas didalam kamar sambil menatap cermin. Tiba- tiba, tanpa sepengatuhanku Lucy tengah memperhatikanku. Aduh! Ketahuan deh!

“Ciee.. Kakak stress senyum- senyum sendiri, mau ketaman sama Kak Skandar ya? Hehe” tanyanya setengah mengejekku. Lha, kok dia 
bisa tahu ya? Padahalkan aku tidak menceritakan hal ini padanya.

“Kamu tahu dari mana?” ucapku ragu. “Tadi sewaktu Kakak mandi aku liat ponsel Kakak lho, dan aku lihat beberapa pesan dari Kak Skandar, dia ngajak Kakak ya? Aih so sweet. Bilang Mama ah.” Jawabnya.

“Eeh, apaan sih kamu. Bilang Mama? Aduh jangan deh, selama ini kan Mama tahunya Kakak pacaran sama Justin. Nah nanti kalo Mama tahu, terus Mama SALAH PAHAM kan bisa berabe, nanti dikira Kakak Player lagi. Jangan ya, jangan deh!” pintaku.

 “Masa bodo. Uwee. Mammaaa!!” teriaknya, langsung aku membungkam mulutnya, tapi percuma Mama sudah datang menemuiku dan berkata,

“Ada apa ini? Kenapa Lucy kamu bungkam mulutnya?” Tanya Mama aneh. Setelah Mama menanyakannya, terpaksa aku hanya bilang bahwa Lucy sangat kegirangan karena aku mengajakknya pergi bersama, padahal dalam hati aku ogah. Mengetahui aku berkata begitu, Lucy langsung diam dan berfikiran untuk menyetujui perkataanku. Ya terpaksa, Lucy ikut bersamaku.                                                        

                             Saat aku dan Lucy sedang berjalan menuju taman, aku melihat Selena, Demi dan Taylor tengah diganggu oleh dua orang preman. Seketika aku langsung terkaget dan berniat untuk membantu mereka, tanpa berfikir panjang aku langsung melempar kedua orang preman itu dengan batu yang lumayan besar, si preman sempat geram dan malah menghampiriku. Lucy sangat ketakutan saat itu. Aku berusaha untuk sergap menyerang mereka, aku terus menyikutnya, menjambak rambutnya bahkan menggigit, usahaku sedikit berhasil, tetapi si preman masih kuat dan menahan rasa sakit itu. Selena, Demi dan Taylor menimpuk mereka terus menerus dengan batu, sampai akhirnya dua orang preman itu melarikan diri. Keadaanku yang tengah berjongkok sambil meraba pipiku yang telah ditampar oleh preman itu dibantu oleh Selena, Demi dan Taylor. Mereka mencoba menolongku dan berniat untuk mengobati lukaku namun aku menolaknya, karena aku teringat akan janjiku pada Skandar.

“Rachel, are you okay?” Tanya Demi yang terlihat cemas. 

“Yeah, I think so” lirihku menahan perih.

“Rachel, kami sangat berterimakasih padamu, kamu tertampar preman tadi karena menolong kami. Kami rasa, kami sangat berdosa padamu.” Seru Selena. 

“Oleh karena itu, maafkanlah atas perlakuan kami yang begitu.. begitu jahat selama ini. Dan kami harap kau mau memaafkan kami.” Sambung Taylor.            

                                Dan sejak saat itu aku, Selena, Demi dan Taylor menjadi sahabat. Aku telah memaafkannya sebelum mereka mengucapkannya. Anna, dia tetap menjadi sahabat yang sangat aku cintai, dan kini kami semua telah menjadi sahabat sampai kapanpun. Semoga.           

                               Aku kembali melangkahkan kakiku namun tidak ditemani Lucy, dia merasa takut semenjak kejadian tadi. Sesampainya ditaman, aku melihat Skandar tengah duduk santai sambil sesekali dia melempar batu kerikil kedanau.

“Skandar, kau sudah lama?” sapaku sambil duduk sejajar dengannya. 

“Emm, tidak juga. Ra.. Rachel ada apa dengan pipimu? Kau ditampar siapa?” balasnya, Skandar merasa kaget melihat keadaanku. 

“Ini? Tidak.. tidak apa- apa kok.” Jawabku ragu sambil menutupi dengan tanganku. 

“Are you serious? Tanyanya sambil mengelak tanganku dan sedikit menyentuh pipiku.

 “Sudahlah! Ini tidak begitu penting. Sebenarnya, apa yang ingin kau bicarakan?” tanyaku. *(Dipercepat)*

 “Sebenarnya, aku ingin mengatakan bahwa, bahwa aku—aku, aku mencintaimu Rachel.” Ujarnya dengan sedikit terbata- bata. Jleb. Aku terkaget mendengarnya, aku merasa bahagia namun juga terpaku. Aku telah memiliki Justin. Aku tidak mungkin mengkhianatinya, disisi lain aku juga mencintainya. 

“Rachel, aku tahu kau sudah memiliki kekasih. Aku hanya ingin mengatakan ini yang sejujurnya, maafkan aku telah lancing, tapi.. ah sudahlah! Lupakan saja. Hey lihat, pemandangannya sungguh indah.” sambungnya seraya mengalihkan pembicaraan. 

                                     Aku tidak bisa berkata apa- apa, aku bingung dengan ucapannya. Ya aku tahu, pasti Skandar merasa tidak enak. Tiba- tiba saja, tanpa sepengetahuanku Justin menghampiri kami dan menonjok wajah Skandar, Justin terlihat sangat geram. Dia pasti salah paham. Sambil menghajar Skandar, Justin berkata

 “Hey kau tidak tahu diri Skandar, kau mengatakan cinta padanya, tidakkah kau tahu aku kekasihnya hah? dan kau Rachel, aku tidak percaya, kau sungguh memalukan. Dasar Playgirl, wanita macam apa kau!” bentak Justin. 

“Beraninya kau! (aku menampar Justin) asal kau tahu saja, Skandar memang menyatakan perasaannya padaku dia juga tahu diri. Dan aku, aku masih ingat padamu Justin, tidak mungkin aku mengkhianatimu aku tahu itu, tapi sekarang apa yang kau lakukan hah? mulai saat ini, kita putus!!” ujarku sambil membantu Skandar yang tengah tergeletak lemah. Aku mencoba untuk pergi dari tempat ini.

 “Tapi- tapi, tapi... aargh, maafkan aku Rachel, aku telah salah menilaimu, aku menyesal. Kembalilah padaku.” Balasnya.

 “Aku memaafkanmu Justin, tapi tidak untuk menjadi kekasihmu kembali!” jawabku

 “Sudahlah, kembali padanya Rachel.” Ujar Skandar dengan volume nada yang sangat pelan. 

“Tidak Skandar, aku tidak bisa. Aku juga mencintaimu.” Balasku. Mengetahui hal ini Justin diam terpaku.

 “Baik. Kalian berdua memang pasangan yang sangat cocok, semoga Rachel bisa bahagia disampingmu Skandar. Aku turut bahagia. Dan maafkanlah aku Skandar, maafkanlah aku Rachel.” Respon Justin seraya berlalu meninggalkan kami dengan wajah sesalnya dan juga haru.

Kini aku mendapatkan semua yang lebih baik seorang kekasih. Dan sahabat baruku The New Part Of My Life Better and More.                                 




                                                                           - THE END -


*Ini hanya fiktif belaka :)




Sabtu, 04 Agustus 2012

Kisah Hidup Justin Bieber Sebelum Menjadi Bintang











This's a real story of Justin Drew Bieber

          Awalnya aku berfikir itu sulit di capai namun ternyata, mimpi itu kini dapat ku gapai. 
          Dengan segala kerja keras, pengorbanan, dan tekad. Semua yang dulu hanya hayalan kini menjadi fakta. 
                                                                     Yeah! NEVER SAY NEVER! 

                                                                           
                                                                                   ***** 

( Author POV) 
Seorang anak remaja laki - laki melangkahkan kakinya dari balik backstage menuju panggung. 
Dengan wajah sumringahnya ia mendekat ke tengah panggung. Baju jaket putih milenium dengan dalaman berwarna ungu terlihat kontras saat ia tersorot lampu panggung. Serentak para penonton di dalam podium itu meneriakkan namanya. Bahkan beberapa di antaranya melompat - lompat riang. Keadaan makin ricuh saat sang bintang panggung itu menyapa para penggemarnya. 

"Hello Belieber!! Apa kabar kalian hari ini?" tanya sang idola dengan microphone yang terpasang di telinganya. 
"Luar biasa!!!!" teriak para fans kompak. 
"Apa kalian mencintaiku?" tanya sang idola lagi. 
"Sangat mencintaimu.. Kyaaa!!!" teriak para penonton yang kebanyakan gadis remaja. 
"Apakah kalian tau aku siapa?" tanya lelaki remaja itu sambil berkeliling di atas panggung. 
"Justin! Kau Justin Drew Bieber!!!" teriak para fansnya senang. 
"Ahh kalian salah.. Aku Kenny Hamilton" elak bintang itu dengan nada bercanda, membuat para fansnya makin ricuh. "hahaha. Tidak - tidak. Kalian benar. Aku Justin Drew Bieber! I'm JB!" teriak justin, sang idola. Membuat para fansnya bertepuk tangan riuh. 

Ya, dialah idola saat ini. Justin Drew Bieber, remaja asal Ontario, Canada berumur 18 tahun. Awalnya, ia bukanlah siapa - siapa. Namun dengan kegigihannya, ia berhasil meraih sukses seperti saat ini. Dan inilah kisahnya.. 

                                                                                          **** 

FLASHBACK

"Hei kau, anak miskin! Mau apa kau di sekolah ini hah? Lebih baik kau bantu saja sana ibumu untuk menghidupi anak miskin sepertimu! Hahaha!" 

Ledekkan seperti itu sudah terlalu biasa di telinganya. Memang harus justin akui. Ia hanyalah seorang anak yang miskin dan tidak punya apa-apa. 

"Hey Justin! Mana ayahmu? Kenapa ia tak pernah terlihat? Apakah kau benar punya ayah? Aku meragukannya! Haha" 

Ledekkan itu makin terdengar di telinganya. Tapi, apa yang bisa ia lakukan? Membalas ejek-ejekan mereka? Tidak akan, karna justin tau. Membalas mereka sama saja cari mati. 

"Kenapa kau diam heh? Apa kata-kata kami memang benar anak miskin???" 

Bersabar, hanya itu yang bisa justin lakukan setiap mendengar ejekan yang terlontar dari mulut teman-temannya itu . Mencoba untuk menganggapnya hanya angin lalu. 

PLOK! BYUR! 

"Haha! Rasakan itu! Makanya jadi orang miskin itu jangan sombong!" 

Tawa mereka terus menggema seiring dengan lemparan telur dan air yang menghujani tubuh justin, bahkan ada seseorang yang melemparinya dengan tepung terigu. Membuat sekujur tubuh justin menjadi putih. Tapi? Apa yang bisa justin lakukan? Bersabar. Ya, lagi - lagi hanya itu yang bisa ia lakukan. 

                                                                                                  ***** 

"Justin, kau kenapa?" tanya mom pettie begitu justin masuk rumah. Bagaimana tidak? Penampilannya sekarang tampak sangat berantakan dan kucel. 

"Tidak ada apa-apa mom" dusta justin lalu melangkah menuju kamarnya. 

CEKLEK 

Justin membuka pintu kamarnya. Berantakan. Itulah yang terlukis jelas. 
Banyak barang - barang yang berserakan. Dan parahnya, banyak kotoran tikus di atas tempat tidurnya. 
Justin meletakkan tasnya di atas lantai lalu keluar dari kamar menuju kamar mandi. Membershkan dirinya yang kotor. 

Selesai mandi Justin langsung masuk ke kamar dan mengenakan pakaiannya. Badan Justin bergetar menggil karna kedinginan. Karena di apartemen ini tidak menyediakan air hangat, maklum saja, apartemen ini berharga sangat murah, sehingga fasilitasnya pun juga murah. 

Selesai berganti pakaian, Justin pun menuju meja belajarnya untuk mengerjakan beberapa tugas. Bukan Justin sok rajin atau pintar. Tapi mau bagaimana lagi? Hanya Inilah yang dapat Justin lakukan untuk meringankan beban Mom Pettie. Dengan menjadi anak yang pintar dan berprestasi sehingga Justin mendapatkan beasiswa, jadi dapat mengurangi pengeluaran keluarga kecil mereka. 

Tok, Tok, Tok.. 

"Justin ayo makan malam" ujar Mom Pettie dari luar kamar Justin 

"Baiklah mom" jawab justin lalu beranjak keluar dari kamar. Terlihat Mom Pettie tengah duduk di ruang makan. 

"Ayo nak kemarilah" perintah Mom Pettie. Justin menurut lalu duduk di samping mom pettie. 
Hanya selembar roti dengan selada air di atasnya. Yah, hanya itu yang dapat mereka makan untuk malam itu. 

"Maafkan mommy yah Justin, untuk saat ini kita hanya bisa makan roti saja. Karna mommy belum gajian. Bersabarlah yah nak" ujar Mom Pettie meminta Justin prihatin pada keadaan mereka saat ini. 'Mom, kau tak perlu memintaku prihatin, aku selalu kan bersabar pada keadaan ini untukmu' ujar Justin dalam hati. 

"Tak apa Mom, ini juga enak kok" jawab Justin dengan senyum tulus sambil menyantap roti yang telah di siapkan oleh ibuku. Justin melirik Mom Pettie sesaat. tampak mata Mom Pettie yang berkaca - kaca. 

"Sudahlah mommy, aku bahagia kok" hibur Justin menyeka air mata mom pettie yang hampir jatuh. Baginya, air mata Mom Pettie terlalu berharga untuk jatuh. 

"Terimakasih nak. Mommy menyayangimu" lirih Mom Pettie. 

Selesai makan malam justin kembali ke kamarnya lalu menyelesaikan PRnya. 
Jam menunjuk angka 10 malam saat justin telah selesai dengan PRnya. Saat Justin beranjak hendak tidur di kasurnya ia melihat ada beberapa ekor anak tikus yang masih merah di atas tempat tidurnya, membuat Justin terpaksa harus tidur di atas lantai kamarnya hanya dengan beralaskan sebuah bantal untuk menyangga kepalanya. 

                                                                                                       ****** 

Hari ini disekolah Justin diadakan test menyanyi bagi seluruh siswa - siswinya. 
Test tersebut di lakukan di selengarakan di lapangan sekolah. 
Semua siswa siswi pun bersiap - siap untuk mengikuti test tersebut. Termasuk Justin. 

"Hey kau, anak miskin. Tenang saja, kau tak perlu gugup. Karna kau pasti.... Akan kalah! Hahaha" ejek salah satu teman Justin yang bernama Leonard. 

Justin tak menggubris ledekan itu. 

"Baiklah, berikutnya Justin Bieber dari kelas 8 B" panggil mr.ervan selaku mc pada saat itu. Justin yang mendengar namanya di panggil pun naik ke atas panggung. 

Jantungnya berdegup kencang. Wajahnya terlihat lumayan pucat. 
Justin terdiam di atas panggung. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh teman - temannya. 
Menit berikutnya terdengar alunan lagu Ne-yo 'So Sick'. 
Mulanya Justin menyanyikan lagu tersebut dengan gugup, namun lambat laun, ia dapat mengedalikan perasaannya sehingga suaranya pun semakin indah terdengar. Membuat seluruh teman - temannya yang mendengar ia bernyanyi menjadi terdiam. 

Setelah beberapa saat, akhirnya Justin dapat menyelesaikan nyanyiannya. Suasana hening seketika. Membuat Justin makin gugup dan takut. 

Prok! Prok! Prok! 

Terdengar riuh redan tepuk tangan dari para siswa-siswi yang lain termasuk juga beberapa guru lainnya. 

"Kau sungguh memukau nak!" puji salah seorang Guru, membuat justin makin bangga akan dirinya. 

                                                                                                   ***** 

Semenjak kejadian waktu itu Justin terlihat lebih percaya diri di depan umum, meski kadang ia masih tetap menerima cacian, makian, dan perlakuan kasar lainnya dari teman - temannya yang merasa iri pada dirinya. 

Suatu hari, saat Justin baru saja pulang sekolah membawa rapornya yang menunjukkan nilai yang lumayan memuaskan. Senyum sumringah terpancar di wajahnya. Ia sungguh tak sabar untuk memberikan rapor itu pada Mom Pettie. 

"Leonard, liburan nanti kau akan kemana?" 

"Aku tentu saja ke luar Negri bersama keluargaku" 

"Waw, kau hebat! Pasti keluargamu bahagia!" 

"Tentu!" 

Justin tak sengaja mendengar percakapan antara dua temannya itu menghentikan langkahnya, melirik leonard sesaat. 

"Apa kau anak miskin? Kenapa kau melihat - lihat hah? Mau cari mati?" bentak Leornad begitu sadar Justin sedang memperhatikannya. 

"Ti..ti..tidak. Ma..maafkan aku" lirih Justin ketakutan lalu berjalan cepat menjauhi kedua temannya itu. 

Selama perjalan pulang, fikiran justin selalu teringat akan percakapan temannya tadi. 

"Apakah mom akan bahagia jika ku ajak berlibur?" gumam Justin sendiri. 

Kini Justin telah sampai di daerah pertokoan dekat apartemennya. Ia melihat banyak orang berkumpul di pelataran sebuah toko. Melihat itu, membuat justin tertarik untuk menontonnya. Ternyata itu adalah sebuah pertunjukkan dari seorang penyanyi jalannan. Terlihat banyak orang yang memberikan penyanyi itu uang. Melihat itu justin mendapatkan sebuah ide. 

                                                                                                          ***** 

KEESOKKAN PAGINYA 

Hari ini Justin telah bersiap - siap dengan gitarnya, menuju ke taman kota di dekat apartemennya. Jam menunjukkan pukul 10 pagi ketika justin sampai di taman kota yang lumayan ramai karna hari libur. 

Justin pun menyiapkan gitarnya dan sebuah kardus di depannya lalu ia duduk di atas bangku taman, perlahan namun pasti, ia menjentikkan jarinya, memainkan sebuah lagi yang ia sukai. Lagu milik Chris Brown 'With You' melantun indah dari mulutnya. Bergabung harmonis dengan petikan gitarnya yang lihai, hasil dari belajar sendiri selama ini. 

Lama kelamaan banyak orang tertarik untuk mendengar justin bernyanyi merapat ke arahnya. Seluruh orang yang berada di sekitar Justin begitu terbuai dengan nyanyian justin yang inda. 

JRENGG 

Akhirnya lagu yang dilantunkan Justin pun selesai. 

PROK! PROK! PROK! 

Terdengar tepuk tangan dari para pengunjung taman yang mengelilinginya, memberikan penghormatan atas permainan justin yang memukau. Melihat itu, Justin hanya dapat tersenyum dan membungkukkan badannya, memberikan rasa ungkapan trimakasihnya kepada para pengunjung taman yang telah memberikannya uang. 

Akhirnya 1 minggu Justin telah melakukan pekerjaannya sebagai pengamen di taman kota. Ia pun menghitung semua pendapatannya seharian itu dan betapa bahagaiannya justin, ternyata uang yang ia kumpulkan dengan jerih payah selama seminggu itu cukup untuk membawa ia dan mom pettie berlibur, meski hanya ke Disneyland. 

Dengan hati yang bahagia Justin pun menunjukkan uang yang telah ia dapatkan pada Mom Pettie. 

"Mom, besok kita liburan yuk, Justin sudah mendapatkan uangnya nih" Ajak Justin bahagia sambil menyodorkan sebuah amplop kepada Mom Pettie. 

"Kamu dapat dari mana uang sebanyak ini?" Tanya Mom Pettie begitu melihat isi amplop yang Justin berikan. 

"Aa...aakuu.. aku.." 

"Kau dapat dari mana Justin! Jangan bilang kamu mencuri! Mom tidak pernah mengajarkan kamu untuk mencuri kan?!" bentak Mom Pettie membuat Justin terpanjat. 

"Ti.. Tidak mom. Justin tidak mencuri" elak Justin. 

"Jadi kamu dapat dari mana nak? Tak mungkin kita yang miskin punya uang sebanyak ini!" bentak Mom Pettie. Terlihat guratan kecewa di wajahnya. 

"Aa.. aa.. It.. Itu.." Justin ketakutan menjawab pertanyaan Mom Pettie. 

"Katakan nak dari mana! Mom benar - benar kecewa padamu Justin! Mom kecewa karna kau berani mencuri!" Teriak Mom Pettie lalu mengambil sapu dan memukuli punggung justin. 

"Ampun Mom.. Justin tidak mencuri. Hiks" tangis justin penuh raungan kesakitan. 

"Katakan nak! Kamu mencuri dimana ini? Kenapa kau lakukan ini nak! Mom tidak pernah mengajarkanmu untuk melakukannya!" Bentak Mom Pettie tetap terus memukuli jJstin, air mata wanita itu mengalir deras. 

"Justin tidak mencuri Mom... Justin tidak mencurii..." Tangis Justin terus meraung. 

MALAMNYA.. 

Justin tertidur di kamarnya dengan badan yang lebam karna terus menerus di pukuli oleh Mom Pettie. Sesekali terdengar rintihan kesakitan dari bibirnya. 

Mom pettie yang mendengra itu masuk ke kamar justin lalu duduk di pinggir kasur tempat Justin tertidur. 

"Maafkan mommy nak, mom tak hanya ingin kau menjadi anak yang nakal" Lirih Mom Pettie mengusap lembut rambut belonde anaknya. Tiba - tiba matanya tertuju pada sebuah buku berwarna ungu yang ada di samping bantal Justin. 

Mom pettie membuka buku itu yang ternyata adalah diary milik justin. 

2 Oktober 2005. Hari ini aku putuskan mengamen, agar aku bisa mendapatkan uang untuk mengajak mommy berlibur. Semoga aku berhasil!' 

'5 Oktober 2005. Hari ini uang yang terkumpul dari hasil mengamenku cukup banyak. Tampaknya sebentar lagi aku bisa mengajak Mom berlibur!' 

'9 Oktober 2005. Hore! Hari ini aku berhasil menggumpulkan uang untuk ke Dsneyland bersama mommy' 

'10 Oktober 2005. Mom sungguh, aku tak mencuri dari mana pun. Maafkan aku jika membuatmu sedih Mom' 

Mom Pettie yang membaca semua tulisan Justin hanya sanggup menangis, menitikkan air matanya. 

"Maafkan mommy nak, maafkan mommy" 


ESOK PAGINYA.. 

Justin terbangun begitu mendengar suara teriakkan Mom Pettie memanggil namanya. Berlahan namun pastiJjustin pun keluar dari kamarnya. 

"Mom mau kemana?" tanya justin terheran begitu melihat Mom Pettie telah rapih. 

"Hari ini kita akan ke Disneyland" jawab mom pettie dengan senyum yang terukir di wajahnya. 

"Ma.. Maksud mom?" 

"Sudah Justin. Ayo mandi sana. Nanti kita kesiangan antrinya bisa panjang" Perintah Mom Pettie sebelum Justin sempat menyelesaikan kata - katanya. Justin pun menurut lalu ia mandi. 

Seharian itu di lewati oleh sepasang ibu dan anak dengan sangat bahagia. Mereka bermain dengan puas di Disneyland

                                                                                                            ***** 

Hari itu Mom Pettie tengah berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan. Ketika ia melewati bagian pengumumman ia melihat sebuah poster yang berisikan tentang lomba menyanyi. Mom Pettie pun teringat pada justin dan akhirnya mendaftarkan anaknya tersebut. 


"Apa mom? Mommy mendaftarkan Justin ikut lomba menyanyi sekota?" Tanya Justin tak percaya setelah mendengar apa yang Mom Pettie katakan. 

"Benar nak, Mom pikir kamu harus ikut lomba itu untuk mengasah talenta menyanyimu" jelas Mom Pettie. 

"Tapi Mom" 

"Sudah Justin, kamu harus mencobanya" potong Mom Pettie. Dan Justin hanya bisa mengikuti keinginan Mom Pettie. 


1 MINGGU KEMUDIAN.. 

Hari ini Justin akan mengikuti lomba menyanyi di mall tepat mom pettie mendaftarkan Justin. 

Perasaan Justin sangat gugup dan ketakutan. Karna ia minder melihat para konsestan yang keren. Sementara ia hanya mengenakan kemeja dan celana jeans. 

"Baiklah mari kita panggilkan peserta nomor 20. Justin Drew Bieber!" ucap sang MC mempersilahkan Justin naik ke atas panggung untuk menyanyi. 

Selama Justin menyanyi Mom Pettie merkamnya. Ia merekam penampilan justin dengan handycam yang ia pinjam dari temannya. 

Akhirnya Justin menyelesaikan penampilannya yang memukau. Seluruh penonton bertepuk tangan untuk Justin. 

Kini tiba saatnya untuk menggumumkan pemenang dari perlombaan tersebut. Dan Justin mendapatkan juara pertama. Mom Pettie dan Justin begitu bahagia karna hal itu. 

                                                                                                   ***** 
beberapa hari setelah itu Mom Pettie mengupload rekaman lomba Justin ke YouTube. Supaya keluarganya yang lain dapat menonton penampilan Justin. 

1 Bulan berlalu. 

Suatu hari, Mom Pettie mendapat sebuah telepon. 

"Hallo. Apa benar ini keluarga Bieber?" Tanya seorang penelepon. 

"Benar, ini siapa dan ada apa?" Tanya Mom Pettie. 

"Saya Scooter. Seorang pencari bakat asal atlanta dan maksud saya mengubungi anda adalah untuk menawarkan sebuah kontrak pada anak anda Justin. Saya melihat videonya di YouTube dan sangat tertarik menjadikannya bintang. Apa anda bersedia?" Tawar orang itu. 

"Apa anda serius?" Tanya Mom Pettie tak percaya. 

"Ya saya serius. Jika anda setuju minggu depan saya akan menjemput kalian untuk ke Atlanta" Jawab Scooter. 

"Tentu! Terimakasih!" Ucap Mom Pettie bahagia. 

"Ya, sama - sama" Balas orang di seberang sana. Lalu sambungan terputus. 

Mom Pettie pun memberitahukan rencana itu pada Justin. Dan justin pun setuju. 

1 Minggu kemudian.. 

Hari ini keberangkatan Justin menuju Atlanta, ia akan mengejar mimpinya di Atlanta, menajdi seorang artis dan membahagiakan Mom Pettie. 


@Atlanta 
Kkini mereka telah sampai di atlanta, justin, mom pettie, dan scooter pun langsung menuju tempat usher. 

Scooter menawarkan justin pada scooter. Usher yang masih ragu pun akhirnya meminta justin untuk menyanyi baginya. Justin pun menjawab tantangan itu, ia pun menyanyikan lagu Ne-yo di depan Usher. Membuat Usher terpukau dengan suara Justin. 

Akhirnya Justin merekam sebuah album 

Dan dari situlah semua petualangan Justin sebagai seorang artis dimulai. Dari mempromosikan albumnya, jumpa fans dan lain sebagainya, kadang kala ia sering mendapat hinaan dari para haternya, namun fansnya tetap mendukungnya. Fansnya itu bernama "Belieber" yang berarti "Believe In Bieber". 

FLASH BACK OFF
                                                                                                   ***** 
"Terimakasih semua atas segala perhatian dari kalian di konser ku yang ke 100 ini. Aku menyayangi kalian!" teriak Justin membuat seluruh fansnya bergemuruh. 

"Sebagai lagu terakhir, akan kunyanyikan untuk kalian. BORN TO BE SOMEBODY

                                               There's dream in my soul, a fire that deep inside me, 
                                               There's me no one knows. Waiting to be set free. 
                                                                 I'm gonna see the day. 

                                                            Ican feel it, I can taste it. 
                                                            Change is coming my way. 

                                            I was born to be somebody. 
                                           Ain't nothing that's ever gonna stop me. 
                                           I lighting up the sky like lighting. 
                                          I'm gonna raise above. 
                                          Show em i made off. 

                                                    I was born to be some body. I was born to be.. 
                                                  And this world be long to me.. 
                                                 This life can kick you around 
                                                 This world can make you feel small 

                                                              But they will not keep me down. 

                                              I was born to stand tall. I'm going all the way 
                                              I can feel it, i believe it. 
                                              I'm here. I here to stay 

                                                                         I was born to be somebody. 
                                                                    Anothing that's ever gonna stop me. 
                                                                      I lighting up the sky like lighting. 
                                                                        I'm gonna raise above. 

                                                                            Show em i made off. 

                                    I was born to be some body. I was born to be.. 

                                   And this world be long to me.. 
                                  Feel it, believe it, dream it, be it! 
                                 I was born to be somebody. 
                                Ain't nothing that's ever gonna stop me. 
                                I lighting up the sky like lighting. 

                                                            I'm gonna raise above. 
                                                             Show em i made off. 
                                        I was born to be some body. I was born to be.. 
                                                       And this world be long to me.. 


"Terimakasih ya Tuhan karna kau telah memberikan semua ini padaku. Memberikan banyak fans yang mencintaiku, memberikan mom yang begitu menyanyangiku, memberikan ku kekuatan untuk menjalani hidup ini. Terimakasih tuhan atas segala pengalaman hidup yang kau berikan padaku. Terimakaish ya Tuhan karna kau telah melahirkan ku untuk menjadi seseorang. Seseorang yang sangat berharga, terimakasih ya Tuhan.." 
lirih Justin dalam hatinya. 


                                                                                                       --THE END--