Sabtu, 01 Juni 2013

Canggung


Ah, canggung. Mungkin, karena kami sudah lama tidak berjumpa, kami jarang bertatap muka, bahkan berkomunikasi pun enggan.
 Kami berjabat tangan, saling bertegur sapa, namun. . . pada akhirnya hanya seulas senyum kaku yang melanjutkan obrolan kami. Senyum itu, sapaan itu, terasa dingin menjalar seluruh permukaan kulit. Kami hanya melontarkan “ya”, dan anggukan kepala. Dan lagi-lagi hanya senyum kaku yang saling berpaut. Kami hanya menceritakan kisah lama, mungkin karena tidak tahu apa yang seharusnya kami bicarakan.
Aku rasa, ini semua akan terasa menyenangkan, aku rasa ini semua akan hangat seperti hubungan kami sewaktu dulu. Ingin rasanya aku tiba-tiba menghilang dari hadapan mereka. Ah, sungguh canggung. Kaku. Aku merasa tidak seperti dulu, atau mungkin mereka yang berubah, mereka tidak seperti dulu. Yang jelas, aku tidak kenal mereka yang sekarang. Dan mungkin mereka juga tidak mengenalku.
Pertemuan kaku itu, pertemuan singkat itu sangat membuatku lelah. Seharusnya pelukan hangat saling mendekap pertemuan kami, dengan sedikit nada rindu seharusnya terlontarkan di antara kami. Aku hanya tidak ingin kehilangan mereka suatu saat nanti. Karena mereka, merupakan suatu momen yang pernah kami rajut bersama. Hanya dengan cara kami suatu momen itu dapat terbentuk. Suatu momen yang takkan pernah bisa tergantikan oleh orang lain. Hanya aku, dia, dan mereka.
Canggug. Segalanya serba canggung. Sangat canggung.
Aku ingat bagaimana mereka dengan nyamannya menceritakan kisah klasik, kisah tabu sekali pun. Mereka tergelak, aku ikut terhanyut bersama mereka. Sungguh indah waktu itu. Sungguh bersahabat.
Aku bingung. Bagaimana bisa kami yang sehangat dulu berubah menjadi sedingin es sekarang ini. Aneh. Ke mana kisah nyaman kami yang selalu dilontarkan dulu? Hmm, hilang, benarkah? Ah, mustahil. Mungkinkah itu semua disebabkan karena kami memang jarang berinteraksi satu sama lain? Ya, hmm, benarkah? Namun, apabila kami saling berinteraksi satu sama lain, mungkinkah kami akan tetap hangat sewaktu dulu? Ah, entahlah.
Aku berharap, ini semua hanya kurangnya waktu bersama saja. Mungkin, jika kami sering berjumpa, akankah rasa canggung itu sirna?


               


Bruno Mars

Y
a, Peter Gene Hernandez, atau. . . Bruno Mars, itu benar adanya, itu memang benar  kau. Menurutku, kau Bruno Mars sang penulis lagu asal Hawaii itu. Belakangan, aku tahu kau pasti
Bruno Mars sang penyanyi L.A—Amerika Serikat itu.  Sebuah topi yang sedikit kau miringkan ketika kau memakainya—hingga menutupi sebagian sudut matamu—telah menjadi cirimu tersendiri—itu pasti kau, Bruno Mars. Kau unik. Kau tinggi. Memikat banyak gadis. Tak jarang, kau berpacaran dengan salah satu diantara mereka. Namun sepertinya, kau sedikit malu-malu.
Kau tahu? Ketika aku mendengar namamu untuk yang pertama kali, aku tertarik untuk mengenalmu. Secara tak langsung, kau selalu terngiang di benakku. Dan, aku benci mengalami semua ini. Namun, harus kuakui, kau memang pandai merangkai kata, hingga beribu baris lagu membuncah, menghipnotis para pendengarmu. Kau bagai pujangga kecil untukku. Ah, mungkin, pujangga tangguh.   
Sebetulnya, setiap aku melihatmu, aku mengutuk diriku sendiri. Karena, ini memang dosa besar. Aku tidak boleh melakukannya. Sulit bagiku untuk tidak melirikmu ketika kau muncul dari balik tembok panggung yang megah  nan kaya itu. Ketika dosa itu aku lakukan, tak jarang kau selalu menangkap pandangan jauhku. Sekilas, kau selalu memberikan tatapan unik itu—perhatian sekaligus misterius. Dan, itu yang membuatku selalu tak luput untuk menatapmu, melirik bait lagu yang selalu kau dendangkan kepada semua pendengarmu, kepadaku.
Sihir apa yang kau gunakan ketika kau mengalunkan merdu bait lagumu itu? Mantra apa yang kau lontarkan ketika para pendengarmu berpaling, namun pada akhirnya mereka—aku selalu kembali ke nyamannya gaya topi miringmu itu?
Tidakkah kau tahu? Kau adalah Bruno Mars yang ada di balik tembok popularitas itu. Kau adalah Bruno Marsku—Bruno Mars mereka. Dimana-mana, inisial namamu tertera di berbagai sudut meja media.

Suatu waktu nanti, ketika aku lewat di depanmu, akankah kau menyanyikanku satu lagu andalanmu yang unik itu? Akankah kau—Bruno Mars—mengalunkan bait lagu Just The Way You Are dengan petikan gitar yang selalu kau mainkan itu, kepadaku? Dan, keberatankah kau kupanggil Bruno Mars?

Rabu, 17 April 2013

My Favorite Movies I've Ever Seen


Another Cinderella Story. Selena Gomez over hereeeee... much love Selena :D



CAMP ROCK everybodyyyyy!!!!!! And over hereeee there's JEMI!! I really miss this movie :*




                                         



Selasa, 16 April 2013

Sekedar Kabar Waktu;


09.34 am

Sebuah percakapan yang memang harus aku hadapi keberadaannya. 
Sore itu, aku menghela napas panjang selama berada di dalam angkutan umum. Mengistirahatkan pikiran dan ragaku yang letih karena terus menerus mendorongku untuk memaksa merajut cita. Aku menenggelamkan pandanganku sesaat dan kembali melirik orang-orang yang berada di depanku: beberapa orang temanku dan orang tua. Aku bercakap tentang hal yang tak begitu penting, obrolan biasa yang sering kami ucapkan sebagai sahabat. Kadang aku tak mengerti apa yang aku tertawakan, sehingga hatiku melayang tidak di sana, tidak bersama orang-orang di sekelilingku, tidak di dalam angkutan umum itu. Beberapa menit kemudian, aku tidak menyadari bahwa angkutan umum yang aku tumpangi ini begitu cepat mengantarku pulang ke rumah. Aku berpamitan dengan teman-temanku dan melangkah untuk pulang. Aku tidak sendiri, aku ditemani seorang perempuan manis yang dua tahun lebih tua dariku. Dia adalah kakak kelasku. Canggung. Kami tidak saling bertegur sapa, hanya segaris senyum yang menghangatkan keberadaan kami. Hingga pada akhirnya, aku mencoba untuk mengajak mengobrol. Seperti ini..

Aku: "Teh, sewaktu SMP sekolah di Gunungguruh 2?" aku menanyakan itu karena, wajahnya pernah aku lihat sewaktu aku masih SMP dulu. Aku berpikir, mungkin dia kakak kelasku juga waktu itu.

Tetehnya: "Bukan, teteh sekolah di Yasti." jawabnya ramah. Memang, teteh ini sangat ramah kepada setiap orang. Aku tahu karena, aku melihat caranya bersosialisasi di sekolah, di SMAN 1 Cisaat. Dimana aku menduduki bangku pertamaku sekarang.

Aku: "Oh maap teh, dikira sekolah di Gunungguruh 2.. (nyengir). . soalnya waktu SMP aku sekolah di sana dan pernah ngeliat kakak kelasku yang mirip banget sama teteh. Jadi, aku kira teteh sekolah di sana."

Tetehnya: "Hehe iya ga apa-apa kok. Oh, kamu sekolah di sana."

Aku: "Iya, teh."

Hening. Hanya angin sepoi yang melanjutkan obrolan kami. Kami berjalan memasuki gang, yang memang rumah kami bertuju satu arah. Tapi, beberapa saat kemudian..

Tetehnya: "Minggu depan libur ya.. aciee"

Aku: "Hehe iya teh. Sukses ya sama UNnya. Semoga lancar."

Tetehnya: "Aamiin.. iya makasih."

Aku: "Ngg.. rencananya mau dilanjut ke mana, teh?"

Tetehnya: "Insyaallah ke IPB."

Aku: "Oh.. semangat ya teh, semoga segala sesuatunya berjalan dengan baik."

Tetehnya: "Iya, semoga.. makasih. Nggak kerasa deh udah mau kuliah aja, rasanya baru kemarin masuk SMA dan sekarang, waktunya memulai lomba dan terjun ke masyarakat, demi awal kehidupan yang sesungguhnya "

Aku: "Iya bener banget, teh. Waktu emang nggak kerasa. Aku juga kayak baru kemarin daftar jadi siswa SMA, sekarang udah mau naik kelas aja."

Hanya tinggal beberapa langkah lagi aku sampai di rumahku. Bangunan rumah yang dahulu bercat orange segar, kini telah berubah menjadi putih usang dan rapuh, sebuah istana damai yang menjadi saksi hidup tumbuhnya pertambahan umurku. Aku menoleh menatap perempuan yang tengah berjuang menjadi pemimpin, kakak kelasku. Seraya berkata,

Aku: "Teh, aku duluan ya. Mampir dulu atuh ke rumah."

"Tetehnya: "Iya mangga, teteh mau langsung pulang aja, makasih. Mari."

          Sesungging senyuman lebar saling kami lemparkan sebagai tanda perpisahan kami. Aku berjalan gontai menuju ambang pintu. Setelah kuucap salam kepada Ibundaku, aku langsung terdiam dan merenungkan percakapan yang baru saja kami lontarkan. Aku berpikir, mencerna beberapa kalimat yang membuatku begitu tak kuasa untuk aku hadapi: nggak kerasa deh udah mau kuliah aja, rasanya baru kemarin masuk SMA dan sekarang, waktunya memulai lomba dan terjun ke masyarakat, demi awal kehidupan yang sesungguhnya. Dahulu, sewaktu aku masih kecil, aku tidak memiliki beban yang begitu berat seperti sekarang ini, kurasa. Aku menikmati masa kanak-kanakku. Kini, aku tumbuh dan dan tak bisa memutar ataupun memperlambat waktu. Kaki ini terus melangkah.. melangkah mengikuti suara hati. Pijakkan bumi yang memaksa untuk terus tumbuh. Aku pikir, semua ini akan mudah untuk aku lewati. Tapi, perlahan rahasia nyata terkoyak! Terungkap setiap jati diri yang hidup. Aku tidak bisa menghindar dan mengelak. 

Aku menghirup panjang udara sore dan menghempaskannya secara perlahan. Berulang-ulang kulakukan itu. Aku tak akan pernah tahu hal apa yang selanjutnya akan aku hadapi, namun aku harus siap, harus siap. Sampai pada akhirnya, aku menyadari bahwa semua ini bukan untuk ditakuti maupun dihindari, melainkan, ini semua harus aku hadapi. Harus aku hadapi sebaik yang aku bisa. Dan, kaki ini akan terus melangkah... segera berlabuh pada satu kekuatan bahagia, sukses. Semoga.
Sukabumi, 16 April 2013
Fitri

Sebuah Puisi


6.24 pm
AKU
Aku telah terbiasa dengan kebiasaan ini
Ketika mereka gembira, aku gembira
Ketika mereka sedih, aku sedih
Namun, ketika aku sedih, mereka gembira
Ketika aku gembira, mereka sedih
Gelisah, resah dan sepi merasuk jiwa
Hingga tak menentu hati ini merasa
Namun, kaki ini terus melangkah dan pergi entah kemana
Sampai pada akhirnya…
kaki ini berhenti pada setumpukkan hati yang mati
Aku tersentak!
Rahasia yang tidak aku ketahui di dalamnya, terkuak!
hingga, membuatnya kecewa melihatku
Ternyata…
yang selama ini gembira dan sedih bersama mereka itu bukanlah aku!
melainkan hanya diriku yang hadir tanpa jiwa!
Tapi kini…
Aku bersedia memanggil jiwaku kembali
Hingga pada akhirnya, aku mengetahui siapa aku yang sebenarnya

Sukabumi, 15 April 2013
Fitri Rahayu

Biografi Seorang Penulis Terkenal

Aku mengenalnya melalui sebuah film fiksi kreatif yang membuatku begitu sangat mencintai dunia menulis. Melalui sebuah film inovatif The Chronicles of Narnia:
beliau berhasil menyihir para penonton memasuki dunia uniknya tersebut. Beliau adalah Clive Staples Lewis (1898-1963) seorang yang suka sekali akan "binatang yang berpakaian". Ia jatuh cinta pada cerita-cerita Beatrix Potter dan seringkali menulis cerita-cerita binatang dan membuat ilustrasinya. Ia dan kakaknya, Warnie, bersama-sama menciptakan dunia Boxen, yang dihuni dan dikelola oleh binatang. Lewis gemar membaca, dan karena rumah ayahnya penuh dengan buku-buku, ia merasa bahwa menemukan buku yang belum dibacanya sama mudahnya seperti menemukan sehelai rumput. Di masa kecilnya, ia juga sangat takut terhadap laba-laba dan serangga, sehingga binatang-binatang itu sering muncul dalam mimpi-mimpinya. Melalui hobi unik itulah film fiksi The Cronicles Of Narnia hadir. Selain fiksi, beliau juga menulis banyak nonfiksi serta puisi. #Hebaaaaaat bangeeett ^_^

Penasaran? Baiklah, kalau begitu mari kita simak siapa C.S Lewis itu. Check it Out! :D


Biografi C. S. Lewis

Clive Staples Lewis (1898 - 1963) adalah mahasiswa cerdas, penulis yang dikagumi, kritikus sastra, dan apologet Kristen. Dia dihormati terutama atas kontribusinya dalam kritik sastra, apologetika, dan kesusastraan anak dan fantasi.
Dari tiga puluh lebih buku dan sejumlah banyak esainya (sebagian besar karyanya itu tetap dicetak setelah kematiannya), karyanya yang paling dikenal adalah "The Chronicles of Narnia", "Mere Christianity", dan "The Screwtape Letters". Seri "The Chronicles of Narnia" sangat populer dan telah diadaptasi ke beberapa drama, sandiwara radio, dan film bioskop. Baru-baru ini, majalah "Time" mencatat buku pertama dalam seri itu, "The Lion, The Witch, and the Wardrobe", sebagai salah satu dari 100 novel terbaik berbahasa Inggris yang ditulis antara 1923 dan 2005. Karya Lewis telah diterjemahkan ke lebih dari tiga puluh bahasa dan telah terjual jutaan kopi di seluruh dunia.

Siapakah C.S. Lewis?
C.S. Lewis lahir pada 29 November 1898 di Belfast, Irlandia Utara. Saudara kandung satu-satunya adalah kakaknya, Warren Hamilton Lewis (1895-1973), yang selalu akrab dengannya di sepanjang hidupnya. Ibunya meninggal akibat kanker ketika Lewis berumur 9 tahun.
Setelah menerima beasiswa ke University College, Oxford University di Inggris pada 1916, Lewis segera menunda kuliahnya pada tahun 1917 untuk masuk Angkatan Darat Inggris selama Perang Dunia I. Karena terluka saat Pertempuran Arras, dia dibebastugaskan pada akhir 1919.
Segera sesudah itu, Lewis melanjutkan kuliahnya di Oxford, lalu dia menjadi Anggota dan Pengajar Sastra Inggris di Magdalen College, Oxford. Dia melayani di sana dari 1925 sampai dengan 1954, ketika dia ditunjuk sebagai Ketua Jurusan Sastra Abad Pertengahan dan Renaisans di Magdalene College, Cambridge.
Pada 1930, Lewis dan kakaknya, Warren, pindah ke daerah yang menjadi rumah abadinya, "The Kilns", yang terletak tepat di luar Oxford.
Pada 1931, karena terpengaruh oleh persahabatannya yang erat dengan J.R.R. Tolkien dan tulisan-tulisan G.K. Chesterton, Lewis bertobat menjadi orang Kristen dan menjadi anggota Church of England. Pertobatannya mengubah karya dan tulisan-tulisannya. Selama Perang Dunia II, siaran radionya di BBC tentang kekristenan menjelaskan iman kepada ribuan orang dan akhirnya memberi Lewis pengakuan internasional. Dia dikenal luas sebagai salah satu penulis Kristen paling berpengaruh pada abad ke-20.
Selama di Oxford, Lewis, Tolkien, dan sekelompok kecil teman penulisnya sering bertemu untuk menceritakan perkembangan karya kreatif mereka. Anggota-anggota dari kelompok penulis yang sekarang terkenal ini, "Inklings", telah menghasilkan beberapa karya fiksi dan prosa yang sangat disukai pada abad ke-20.
Pada masa tuanya, pada tahun 1956, Lewis menikahi Joy Davidman Gresham, seorang penulis Amerika. Setelah empat tahun berjuang melawan kanker tulang, istrinya meninggal pada 1960. Sesudah peristiwa itu, Lewis terus merawat kedua putra mereka, Douglas dan David Gresham. Dalam bukunya, "A Grief Observed", Lewis mengungkapkan penderitaan mendalam atas kematian istrinya. Buku ini, yang kemudian mengilhami drama panggung dan film bioskop peraih penghargaan, "Shadowlands", telah menjadi sumber penghiburan bagi banyak orang yang mengalami kesedihan.
Satu minggu sebelum ulang tahunnya yang ke-65, Jumat, 23 November 1963, Lewis meninggal di "The Kilns" -- pada hari yang sama ketika Presiden AS, J.F. Kennedy, dibunuh dan Aldous Huxley [penulis Inggris-Red.] wafat. Dia dimakamkan di halaman Holy Trinity Church di Headington Quarry, Oxford, tak jauh dari rumah kesayangannya.

(sumber: http://www.pelitaku.sabda.org)

Jumat, 12 April 2013

You Raise Me Up


By, Josh Groban

When I am down and, oh my soul, so weary
When troubles come and my heart burdened be
Then, I am still and wait here in the silence
Until you come and sit awhile with me
You raise me up, so I can stand on mountains
You raise me up, to walk on stormy seas
I am strong, when I am on your shoulders
You raise me up... To more than I can be
You raise me up, so I can stand on mountains
You raise me up, to walk on stormy seas
I am strong, when I am on your shoulders
You raise me up... To more than I can be

[There is no life - no life without its hunger
Each restless heart beats so imperfectly
But when you come and I am filled with wonder
Sometimes, I think I glimpse eternity.]

Senin, 08 April 2013

Tahi Lalat Manis di Pelipis Kiri



Entah sejak kapan aku mulai mengetahui keberadaan makhluk manis itu,
mengetahui bahwa ada satu makhluk lain yang memang membuatku takjub memandangnya
Aku benci mengatakan ini, tapi... parasnya memang tak bisa lepas dari kegaduhan hatiku
Seringai tawanya menghiasi wajahnya yang putih itu
Sorot matanya seakan memiliki sinyal ajaib yang menginformasikan padanya bahwa tengah ada orang lain yang diam-diam menatapnya

Satu waktu, aku tak sengaja melihatnya berdiri dengan jaket jeans biru yang menutupi seragam putih, yang menyembunyikan rangkaian huruf namanya
Aku memandangnya sesaat, dari kejauhan keceriaannya membuatku tersenyum di dalam hati
Seketika makhluk manis itu melirikkan matanya ke berbagai arah termasuk menangkap sorot mataku yang memang tengah memandangnya diam-diam
Aku terkejut dan memaki diriku saat itu, buru-buru kupalingkan pandanganku menghindar dari tangkapan matanya

Sungguh, dia itu menyebalkan!
Bagaimana bisa pandanganku selalu tertangkap olehnya?

Dilain waktu, saat itu, aku merasa sangat senang menatapnya
Makhluk manis itu tengah bersanda gurau dengan beberapa orang temannya dan seorang guru di kantin sekolah
Aku memandangnya lebih dekat dari biasanya,
dan…
Tanpa kusadari, ternyata pemanis wajahnya terdapat di pelipis kirinya 
Dia manis dengan tahi lalat itu

Segaris senyuman kusunggingkan sesaat dan aku berkomat-kamit agar tidak terus menerus menyunggingkan senyum
Beberapa detik kemudian…
lagi! Dia menangkap sorotan mataku!
Bekas senyum lebarnya terarahkan padaku,
seperti biasa, aku hanya bisa menghindar dari pandangannya
dan… tak berapa lama, makhluk manis nan menyebalkan itu kembali memalingkan padangannya, kembali bergurau.

Biar kuluruskan, aku bukan mencintainya, namun aku hanya mengaguminya saja, tak lebih dari itu!

Namun, hanya tinggal beberapa minggu lagi, dia akan segera pergi melangkahkan kakinya menuju gapaian cita asa yang tengah dinanti-nantinya
Sekilas aku cemberut, karena.. itu artinya aku tidak bisa memandangnya lagi, seperti yang biasa aku lakukan
Tak bisa kulupa bagaimana aku sibuk dengan makian ketika pandanganku tertangkap olehnya
Tak bisa kulupa bagaimana caraku memandangnya
Tak bisa kulupa bagaimana pertama kali aku melihatnya berkeliaran di lingkunganku

Entah kemana kaki dan hatinya kelak akan berlabuh,
dengan berbekal ilmu dan pengalaman, dia tengah berjuang merajut hidup yang sesungguhnya,
bekerjakeras demi kesuksesan masa depan
Mencoba menjadi manusia seutuhnya yang dapat bertanggungjawab di dunia dan akhirat
Langkahan kakinya tengah berpijak dijalan yang selalu diridhai-Nya, semoga
Selamat bertarung dengan luasnya dunia
Selamat berlomba menuju kebenaran jalan akhirat
Selamat berjuang calon pemimpin
Selamat berjuang..
Selamat.


-F.A.T, si pelipis kiri bertahi lalat-





Kamis, 21 Maret 2013

Aku, Secarik Kertas.



Sukabumi, 21 Maret 2013
13.28 WIB

Fitri Rahayu,



Aku menggeram, melihat pantulan diriku di depan cermin. Aku berbicara. Tak jarang aku memaki diriku sendiri di depan cermin tersebut. Hari itu tanggal 20 februari, dimana aku berulangtahun, dimana umurku selalu berkurang setiap tahunnya. Aku mendesah, ingin rasanya aku kembali pada masa kecilku, masa kecil yang damai dan tak peduli seberapa kuatnya aku dapat memanfaatkan waktu. Kini, semuanya sudah terlambat.


"Umurmu sudah 16. Tanggung jawabmu semakin berat, Nona!" aku menggerutu, menatap tajam wajahku. "Aku gila! Kenapa pula aku berbicara pada cermin bodoh, yang memang tak bernyawa?" 
           
Aku semakin geram, aku mundur beberapa langkah dan berpaling menjauhi cermin jelek itu. Aku duduk kasar diranjang tempat tidur dengan menggenggam secarik kertas yang sedari tadi membuat tanganku berkeringat dibuatnya. Perlahan, kulirik dalam-dalam secarik kertas yang berisi sebuah tuntutan yang memaksaku untuk menyelesaikan misi itu. Ya, sebuah tugas yang memerintahku untuk berani. Samar-samar aku mendengar, entah melamun atau apa, yang jelas sebuah bisikkan masuk ke indra pendengaranku, "maju, Nak! Dunia ini tidak membutuhkan seorang pengecut pendiam, yang selalu menghindar dari masalah! Kau sudah 16, buat suatu karya yang membuat dirimu lebih dewasa, lebih berani dari pada kemarin dan hari ini!" Aku mendengus kesal mendengarnya, entah apa yang merasukiku, aku begitu emosi pada saat itu. "Raih aku lebih dekat dengan wajahmu! Bacalah aku, dan jangan sampai matamu lepas melewatkan satu kata pun! Aku memang secarik kertas, sebuah pena dari jari jemari manislah yang telah membuatku lebih berharga, telah kau ukir kata-kata indah dipermukaan kertasku. Kata-kata itu melekat dan menjadikanku sangat berarti. Aku sangat setia pada satu orang majikan. Kau tahu? Aku hanya setia pada majikan yang selalu ingin berpikir. Aku relakan satu nyawaku ini hanya untuk dirimu, majikanku. Asalkan dirimu memang benar-benar optimis menggapai impian yang kau tulis dipermukaan kertasku ini. Jangan kau lempar aku lagi ke tempat memuakkan itu, tempat sampah kotor! Kau harus yakin, kau pasti bisa, majikanku. Ayo.. bersemangatlah! Dan, aku mohon padamu majikan, selalu bertawakal lah hanya kepada Allah. Zat yang telah menciptakan skenario hidupmu! Dengarkan permadani lantai. Ya, berlutut dan berdoalah sebelum kau melangkah lebih jauh lagi! Dan.. oh ya, satu lagi, siapa bilang cermin itu benda tak bernyawa yang bodoh, yang tak berguna seperti yag kau katakan? Haha.. kau salah besar, Nak! Cermin yang kau bilang jelek itu adalah cerminan sikapmu! Jadi, siapa yang bodoh, jelek dan tak berguna?" Nada bisikkan itu semakin tinggi, membuatku ngeri. Aku merasa diriku ini adalah makhkuk yang bodoh! Bisikkan itu menunggu perkataan yang keluar dari celah-celah bibirku, aku berpikir keras dan mencoba mencari satu kata kepuasan yang membuatnya bangga. Namun, tetaplah aku memang salah! Yang bodoh, jelek dan tak berguna itu adalah... aku! Diriku sendiri! "Beruntunglah kau memiliki cermin yang dapat memberitahumu sikap dan langkah-langkah yang seharusnya kau luruskan! Tapi aku, kau lihat? Aku tidak bisa berkaca, melihat benar atau tidakknya kata-kata yang dilukiskan oleh pena.. aku hanya bisa terdiam menyaksikan goresan-goresan pena yang aku biarkan menggulung memenuhi isi kertasku. Aku sama halnya sepertimu, aku hanya ingin menjadi lebih baik dan lebih berharga tentunya. Oleh karena itu, wahai majikan... buatlah dengan serius daftar-daftar impian citamu, bertanggungjawablah atas goresan tulisan indahmu itu. Sehingga, dengan itu, aku bisa mengetahui bahwa aku selalu berada dijalan yang lurus. Lantas, bagaimana aku bercermin? Aku bercermin melalui dirimu, majikan. Ketika aku salah, kau segera menghapusnya dan menulis ulang kata-kata yang lebih indah, sehingga aku mengetahui kesalahan-kesalahanku. Aku menyerahkan satu nyawaku ini hanya demi istimewanya bait kata indahmu. Aku membiarkan permukaan kertasku cacat, tapi kau harus bertanggungjawab akan itu, majikan! Kau harus mewujudkan cita cinta masa depanmu yang tertulis dipermukaan kertasku ini. Nanti, ketika aku tersobek, ketika aku telah berubah wujud menjadi setumpukkan kertas tak berdaya, bahkan ketika aku telah hilang tersapu angin sekali pun, kau harus mengetahui bahwa, kata-kata indahmu itu masih melekat erat dipermukaan kertasku. Kau tak perlu mencari-cari kemana kertasku pergi, tak perlu bersusah payah menangisinya, yang harus kau lakukan hanyalah... hanyalah mewujudkan mimpi-mimpi besarmu yang pernah kau goreskan dipermukaan kertasku itu. Karena sesungguhnya, aku ini hanyalah alat penyimpan saja, tidak lebih dari itu! Semuanya bergantung padamu, cita asamu ada dibenakmu, tempat abadi yang tidak akan pernah cacat. Bekerja keras dan berdoalah, majikan! Dengan itu, aku menjadi secarik kertas yang berguna. Dan ingat, resapilah sikap-sikapmu sebelum bertindak, biarkan cermin itu menilai dirimu, karena itu memang benar adanya. Pantulan dirimu. Bukalah lipatan-lipatan usang diriku dan bacalah dalam-dalam! Dengarkan aku, aku mohon... wujudkan asa citamu demi masa depan."

Aku menoleh menatap lemas secarik kertas berhargaku, aku baca dan pahami setiap kata per katanya. Memang benar! Tepat sekali apa yang baru saja dikatakan oleh bisikkan yang mengusikku itu. Aku berdiri dan melangkah perlahan menuju cermin. Aku terdiam mencoba menatap lekat-lekat bayanganku dicermin. Beberapa saat kemudian, aku teringat akan suatu makian damai yang sampai saat ini masih merasuki relung jiwaku. 

Buku ajaib itu, memberitahuku arti apa dari suatu mimpi yang selalu menggentayangi setiap pemikir demi kesuksesan masa depannya. Buku itu berkutik, "Setiap saat kau berangan-angan akan berdirinya toko besarmu yang memiliki cabang dimana-mana, tapi setiap pagi pula kau sibuk pergi ke supermarket dan membeli semua kebutuhan panganmu. Pikirkanlah bagaimana itu bisa terjadi! Ketika kau dengan gesit pergi membeli sesuatu ke supermarket, pikirkanlah bagaimana seseorang telah menghitung banyaknya jumlah uang di belakang meja kasir, setiap paginya."

"Aku paham." aku menganggukan pelan kepalaku dan tanpa sadar mataku sembab karena air yang terus menerus mengalir dari balik kelopak mataku. Bisikkan itu datang mengusikku lagi, seolah tahu apa yang tengah aku pikirkan, dan bisikkan itu berkata, "ya, itu tepat sekali! Pada dasarnya, mimpi itu tidak akan terwujud kecuali kau berusaha dan memulainya dengan segera. Akan tetpi, jika suatu mimpi tidak dibarengi dengan kerja keras, mustahil akan terjadi. Majikan, kau boleh bermimpi setinggi langit, tapi jangan lupa daratan..." 

". . . bila aku terus berangan-angan, kapan aku akan berhasil? Yang ada, aku tertinggal jauh dengan mereka, orang yang selalu berpikir dan bekerja keras." ucapku yang memotong perkataan bisikkan itu.  

"Dan. . . jangan lupa untuk berlutut dan berdoa kepada Sang Pencipta." sambung bisikkan secarik kertas itu.

"Allah, S.W.T." ucapku mantap.

Kini, aku paham apa yang harus aku lakukan sekarang. Sudah jelas. Semoga ini dapat terwujud. Aamiin :) Ayah, Ibu.. semoga kalian tidak menyesal mempunyai anak seperti aku..






Sabtu, 16 Maret 2013


♔Justinbieber. Feel it. Believe it. Dream it. Be it.

                                                                                                                     


When he smile at you ^_^
                                                          
"I Love you too! Stayin' kidrauhl :*"



"Whenever you knock we down, i'll...

He is soooo cute!

Teach me! :D


"Forever Belieber"

Kamis, 03 Januari 2013

Keunikan Matematika

Sumber: Mutiara Air Mata Muslimah

1 x 8 + 1 = 9
12 x 8 + 2 = 98
123 x 8 + 3 = 987
1234 x 8 + 4 = 9876
12345 x 8 + 5 = 98765
123456 x 8 + 6 = 987654
1234567 x 8 + 7 = 9876543
12345678 x 8 + 8 = 98765432
123456789 x 8 + 9 = 987654321

1 x 9 + 2 = 11
12 x 9 + 3 = 111
123 x 9 + 4 = 1111
1234 x 9 + 5 = 11111
12345 x 9 + 6 = 111111
123456 x 9 + 7 = 1111111
1234567 x 9 + 8 = 11111111
12345678 x 9 + 9 = 111111111
123456789 x 9 + 10 = 1111111111

9 x 9 + 7 = 88
98 x 9 + 6 = 888
987 x 9 + 5 = 8888
9876 x 9 + 4 = 88888
98765 x 9 + 3 = 888888
987654x 9 + 2 = 8888888
9876543 x 9 + 1 = 88888888
98765432 x 9 + 0 = 888888888

Hebatkan?

Coba lihat simetri ini :
1 x 1 = 1
11 x 11 = 121
111 x 111 = 12321
1111 x 1111 = 1234321
11111 x 11111 = 123454321
111111 x 111111 = 12345654321
1111111 x 1111111 = 1234567654321
11111111 x 11111111 = 123456787654321
111111111 x 111111111 =
12345678987654321

kurang hebat,,,,?????

Sekarang lihat ini
Jika 101% dilihat dari sudut pandangan
Matematika, apakah ia sama dengan 100%,
atau
ia LEBIH dari 100%?
Kita selalu mendengar orang berkata dia bisa
memberi lebih dari 100%, atau kita selalu
dalam
situasi dimana seseorang ingin kita memberi
100% sepenuhnya.
Bagaimana bila ingin mencapai 101%?
Apakah nilai 100% dalam hidup?
Mungkin sedikit formula matematika dibawah
ini
dapat membantu memberi
jawabannya.

Jika ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

Disamakan sebagai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 13
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Maka, kata KERJA KERAS bernilai :
11 + 5 + 18 + 10 + 1 + 11 + 5 + 18 + 19 + 1
=
99%

H-A-R-D-W-O-R-K
8 + 1 + 18 + 4 + 23 + !5 + 18 + 11 = 99%

K-N-O-W-L-E-D-G-E
11 + 14 + 15 + 23 + 12 + 5 + 4 + 7 + 5 = 96%

A-T-T-I-T-U-D-E
1 + 20 + 20 + 9 + 20 + 21 + 4 + 5 = 100%

Sikap diri atau ATTITUDE adalah perkara
utama
untuk mencapai 100% dalam hidup kita. Jika
kita
kerja keras sekalipun tapi tidak ada ATTITUDE
yang positif didalam diri, kita masih belum
mencapai 100%.

Tapi, LOVE OF GOD
12 + 15 + 22 + 5 + 15 + 6 + 7 + 15 + 4 =
101%

atau
, SAYANG ALLAH
19 + 1 + 25 + 1 + 14 + 7 + 1 + 12 + 12 + 1 +
8 =
101%

ALLAHU AKBAR ...

Rabu, 02 Januari 2013

Nikahi Aku, Bukan Pacari Aku


Bismillahirahmannirrahim,

Cowok: “Aku mencintaimu, sungguh-sungguh jatuh cinta kepadamu.”
Cewek: “Kalau kau memang mencintaiku, kenapa kau mengajakku pacaran?”
Cowok: “Hah, Bukankah karena aku mencintaimu maka karena itulah aku ingin menjadikanmu pacarku?”
Cewek: “Aku tahu. Aku bukan orang bodoh. Jika kau mencintaiku, kenapa menginginkanku melakukan hal yang tak berguna untuk hidupku?”

Cowok:
“Hal yang tidak berguna, bukankah pacaran merupakan satu jalan untuk mencapai kesaling-mengenalan antara aku dan kau?”
Cewek: “Aku tidak sependapat denganmu. Maafkan aku.”
Cowok: “Tidak apa-apa.”
Cewek: “Apa kau masih ingin menjadikanku pacarmu?”
Cowok: “Iya. aku tidak akan menyerah.”
Cewek: “Kalau begitu, sampai kapanpun aku tidak akan mau menerimamu. Karena kau hanya ingin menjadikanku lampiasan nafsumu.”

Cowok: “Tapi aku mencintaimu.”
Cewek: “Tidak, aku tidak percaya kau mencintaiku. Kita sudah dewasa, sudah bisa membedakan mana yang baik dan tidak. Aku tidak ingin menghabiskan sisa hidupku dengan sia-sia. Hidup ini serius dan pasti akan ada pertanggungjawabannya.”

Cowok: “Akan aku buktikan kepadamu. Aku serius.”
Cewek: “Akan kau buktikan dengan apa. Dengan menungguku sampai aku mau? Ah basi. Banyak orang melakukannya begitu, dan banyak pula perempuan yang berhasil dibodohi. Sayangnya aku tidak sama dengan kebanyakan perempuan lain. Kau tidak akan berhasil.”

Cowok: “Lalu dengan apa aku membuktikannya?”
Cewek: “Serius kau ingin membuktikannya?”
Cowok: “Iya.”
Cewek: “Datanglah kepada kedua orangtuaku dan minta ijinlah kepada mereka untuk menikahiku. Bukan memacariku. Sanggup?”
Cowok: “Baiklah. Aku sanggup.”

Sumber : Islamic Motivation