Minggu, 05 Agustus 2012

The New Part Of My, Life Better and More


Halo perkenalkan, namaku Rachel Hurd Wood.
Aku menduduki bangku kelas X di Summerton High School, London. Aku mempunyai satu orang sahabat, dia begitu peduli dan mengerti setiap keadaanku, begitupun aku sebaliknya, dia bernama Anna Sophia Rabb. Disekolah, kami mengikuti extrakulikuler basket, ya hitung- hitung mengembangkan hoby baru kami. Aku juga memiliki seorang adik yang bernama Lucy dan seorang wanita yang amat aku sayangi, beliau Mama-ku. Mama yang menggantikan posisi Papa selama ini, karena Papa sudah tiada. Papa meninggal akibat kecelakaan yang membuat saraf- saraf otaknya tak berfungsi kembali. Untuk mencukupi kehidupan sehari- hari, Mama memiliki bisnis sendiri, Toko Kue. Mama juga memiliki beberapa orang pekerja untuk membantunya.

05.35             
Sinar mentari pagi menampakkan sinarnya hingga menembus gordeng kamarku. Sinar mengkilaupun menyapa kulitku dan mengalihkanku untuk segera beranjak mengawali hari ini dengan bersekolah. Tanpa berfikir panjang aku langsung membilas, membersihkan seluruh tubuhku ini dengan siramman air dingin yang segar. Aku kenakan seragam SMA-ku, menggoreskan sentuhan- sentuhan make- up natural yang remaja lainpun melakukannya. Aku segera menghampiri Mama yang tengah terlihat begitu repot diatas meja makan sana, akupun membantunya seraya berkata,
“Pagi, Ma.” Seruku menyapanya.

“Pagi sayang, Oya bangunkan adikmu Lucy, ini biar Mama saja yang membereskannya!” pintanya. Akupun bergegas menuju kamar Lucy dan membuatnya berpaling dari dunia mimpi kedunia nyata. Setelah terbangun, Lucy menuruti kata- kataku.

“Setelah rapi, kau langsung pergi kemeja makan!” suruhku. “Baik, Kak” jawab Lucy.

06.45
“Bye Ma.” Ujarku berbarengan dengan Lucy seraya berpamitan dan tak lupa mencium punggung tangan Mama.          

                          Aku dan Lucy menaiki motor maticku sendiri, pemberian dari Papa sewaktu beliau masih ada. Aku mengantar Lucy kesekolah, dia masih menduduki bangku kelas VII di Cornwall Junior High School. Aku berpisah dengannya saat bangunan gedung sekolahnya terpampang jelas dihadapanku. Kamipun berpamitan. Tak lama dari itu, akupun sampai disekolahku, begitu aku sampai aku langsung memparkirkan motorku yang dibantu oleh Pak. Satpam.

“Rachel!” teriak Anna sahabatku. Akupun langsung membalikkan tubuhku untuk mencari sosoknya.

“Hey, Anna!” balasku. Langsung Anna pun menghampiri dan merangkul bahuku.

“Bagaimana? Apa kau siap?” tanyanya ditengah- tengah kami berjalan menuju kelas.

“Siap? Tanding basket, uji coba nanti?” balasku yang berbalik tanya. “Yepp.. benar!” balasnya.    

“Tentu saja aku siap. Kau?” tanyaku.

“Always” responnya yang diiringi tawaan kami. Yeah tanding basket putri tepatnya sepulang sekolah, saat pembelajaran telah usai. Pelatih extrakulikuler basket disekolah kami akan mengadakan tanding antar sesama anggota yang sebelumnya telah ditentukan oleh pelatih sendiri.
           
                               Kring.. kring.. bel sekolah pun telah berdentang, menandakan kegiatan belajar mengajar akan segera dimulai. Selang beberapa saat kemudian seorang guru fisika masuk kekelas kami dan memulai pembelajarannya. Waktu terus berputar tanpa henti dan tepat pukul 13.00 kegiatan belajarpun telah usai dan kegiatan selanjutnya yaitu Ekskul yang terdiri dari berbagai macam extrakulikuler salah satunya basket. Kegiatannya akan dimula setengah jam lagi. Aku dan Anna mempergunakan waktunya untuk berganti pakaian dan beristirahat. Kami memilih kantin sebagai tempat peristirahatan kami. Ketika kami sedang asyik makan, segerombolan 3 orang yang selalu membuat onar disekolah ini menghampiri kami berdua, mereka adalah seorang siswa yang tidak mau kalah dalam hal apapun. Diantaranya Selena, Demi dan Taylor.

“Ow.. ow sedang mempersiapkan energy untuk tanding ya?” ucap Demi. Kami tak menanggapi ocehannya, sesekali kami hanya melirik 
mereka dengan tatapan malas.

“TULI!! Dasar kampungan.” Sambung Taylor.

“Permisi, kami mau makan siang. Jadi tolong jangan ganggu kami!” bantahku setengah emosi.

“Hahaa.. kalian berani melawanku hah?” ledek Selena sambil menarik kerah bajuku.

“Apa yang kami takutkan dari kalian? Kalian makan nasi juga kan?” tangkas Anna. Mengetahui Anna berbicara seperti itu Taylor hampir menjambak rambut kami berdua, namun Selena dan Demi menahannya.

“Sudahlah!” ujar Demi

“Ya, mereka juga pasti akan malu atas kekalahan tanding basket melawan kami nanti!” tambah Selena.

“Oya? Kalah? Hey bung, pertandingannya baru akan dimulai!” balasku dan diangguki Anna.

“Ya whatever pecundang!” ledek Taylor. “Hhh.. kita lihat saja nanti, penggerutu!” seru Anna
Saat Pertandingan              
                                Sudah 15 menit pertandingan berlangsung dan score dipimpin oleh Selena beserta kelompoknya selisihnya satu- satu. Pertandinganpun berada diujung waktu, Selena masih memimpin namun 5 menit sebelum pertandingan berakhir aku menjebolkan ring basketnya dan disusul oleh Anna, sehingga score pun berpihak padaku sampai pertandingan usai. Yeppy, kami mengalahkannya.
Waktunya pulang, aku dan Anna tertawa berseri- seri, akhirnya Selena dan kedua sobatnya itu termakan omongannya sendiri. Aku dan Anna berjalan menuju tempat parkir dimana motorku disimpan disana, Anna selalu nebeng padaku lagian rumah kami satu arah. Namun, tiba- tiba saja Selena, Demi dan Taylor menghampiri kami dengan wajah kesalnya.

“Kali ini kalian bisa menang, tapi next time tidak akan lagi! Come on guys, cabut.!” Bentak Selena seraya berlalu meninggalkan kami. Demi dan Taylor menyenggol kasar kami berdua. Sungguh menyebalkan! Tak lama dari itu Justin, yeah Justin Bieber dia kekasihku. Dia menghampiri kami dengan senyuman mautnya. Oow he’s really perfect to me.

“Hey babe, congrat’ kau dan Anna bisa mengalahkan mereka Selena dan kedua sahabatnya. Sekali lagi selamat ya!” ujarnya.

 “Hey. Emm thank you.” Jawabku malu. Hahah..

“Oya, rencananya malam ini aku akan mengajakmu dinner ditempat biasa, kau mau?” tanyanya dengan raut wajah memohon.

“Malam ini? Ya, baiklah. Dan berhenti menatapku seperti itu!” jawabku dan diiringi senyumannya.

“Oke, sampai ketemu nanti. Bye babe and bye Anna.” Ujarnya seraya berlalu.

“Bye!” ujar kami berdua.

At Yummy Restaurant. 19.00

                             Aku dan Justin telah menjalin hubungan sekitar 7 bulan. Aku duduk berhadapan dengannya sambil menyantap beberapa hidangan yang telah kami pesan tadi, disamping meja makan terdapat dua buah lilin kecil. Saat aku sedang menyuapkan sesendok steak kemulutku, Justin tengah menatapku. Merasa aneh aku menghentikan makanku dan berkata,

“Justin, ada apa?”

“No.. nothing but just, you’re really beautiful tonight.” Ujarnya memuji dan pasti pipiku memerah saat itu.

“Hey, stop it!” responku. “And thanks.” Sambungku sambil mencibirnya.

“Haha.. bahkan saat kau sedang cemberut seperti itu, kau tambah cantik!”

“Aargh Justin.!!” Ketusku dan Justin tertawa geli saat itu, sehingga seisi orang diRestaurant ini melihat kami, langsung aku membungkam mulutnya rapat- rapat. Namun tetap saja Justin masih tertawa sedikit berdesis.

“ I’am sorry Rachel, aku- aku ahaha..” ujarnya belum selesai dan Justin malah kembali tertawa. Aku hanya terdiam dan menatapnya tajam bermaksud untuk menyuruh Justin terdiam.

“Rachel.” Sambungnya seraya menggenggam erat tanganku, kali ini dia sudah berhenti tertawa.

“Mmm” jawabku singkat. “Ayolah, aku hanya bercanda.” Balasnya. Kali ini dia benar- benar serius.

“Hhhh.. baiklah! Hey, lepaskan tanganku Justin!”. Pintaku dengan sedikit berbisik.

“Tidak bisa, aku hanya ingin bilang..”

“Bilang apa?” tanyaku penasaran. Tidak biasanya dia seperti ini.

“I really Love you.” Serunya.

“Hentikan! Ya aku tahu! Sekarang hentikan!” desahku.

“Hey, aku benar- benar. Apa kau juga sangat mencintaiku? Kalau memang iya, katakan kalimat yang sama.!” Suruhnya masih menggenggam tanganku. Hah? idih Justin kenapa? Kan dia juga sudah mengetahuinya semenjak kami berpacaran bukan? -__-

“Ada apa denganmu?”.ujarku aneh 

“Katakan saja!” pintanya. 

“I really Love You too”. 
“Kau sudah puas?” jawabku. Justin hanya meresponnya dengan anggukan kepala sambil tersenyum padaku.

Keesokan harinya.
Disekolah.     

                                Kabarnya pagi ini kelas kami kedatangan murid baru. Dan benar saja saat jam pembelajaran akan dimulai, wali kelas kami memperkenalkannya pada kami. Namanya Skandar Keynes dia pindahan dari Senior High School Of Anime. Wajahnya tampan, dia juga blaster Inggris- Arab. Dia terlihat sangat ramah, murah senyum pula. Skandar duduk tepat dibelakangku, sesekali aku meliriknya dan ya ampun aku malu karena, Skandar menangkap pandanganku sambil tersenyum. OMG padahal aku telah memiliki kekasih, Justin. Lupakan! I don’t Wanna Be a Playgirl.                                                                                                               
                          
                                                                                             *********

Hari demi hari Aku, Anna dan Skandar menjadi teman akrab, sesekali kami sering bertukar pendapat tentang ini, itu bahkan, kami selalu curhat setiap bertemu. Melihat hal ini Justin sedikit mendesahku agar tidak terlalu dekat dengannya, jujur saja Justin tidak begitu menyukainya. Entah mengapa. Suatu hari, aku dikagetkan oleh kabar yang membuatku sangat sedih dan juga kaget. Anna, yeah dia harus pindah rumah sekaligus pindah sekolah karena Papa-nya memilih pindah tempat yang lebih strategis untuk perusahaannya. Jelas hal itu membuat aku dan Skandar terpuruk, tapi ya mau bagaimana lagi. Kini sehari- hari aku selalu memperkuat tali persahabatanku dengan Skandar.       
                                  Seiring berjalannya waktu, ada sedikit rasa yang berbeda yang aku rasakan pada Skandar. Tapi, apa yang aku lakukan? Ah tidak, tidak!! Aku tidak ingin mengkhianati Justin Bieber, kekasihku selama ini. Aku akan mencoba setia padanya. Selama ini aku belum mengetahui sesosok wanita yang ada didalam kehidupan Skandar, ya dia mencoba berbicara padaku. Dia belum mempunyai kekasih saat ini. Dan bila suatu saat nanti ada seorang wanita yang dapat meluluhkan hatinya, mungkin wanita itu akan menjadi cinta pertamanya.

Dirumah      
                                   Rencananya sore ini aku akan pergi ke danau sekaligus sebuah taman, jaraknya tidak begitu jauh dari rumahku. Skandar mengajakku kesana. Kira- kira dia mau apa ya? Haha.. entahlah, sebelum aku benar- benar pergi dari rumah, aku senyum- senyum enggak jelas didalam kamar sambil menatap cermin. Tiba- tiba, tanpa sepengatuhanku Lucy tengah memperhatikanku. Aduh! Ketahuan deh!

“Ciee.. Kakak stress senyum- senyum sendiri, mau ketaman sama Kak Skandar ya? Hehe” tanyanya setengah mengejekku. Lha, kok dia 
bisa tahu ya? Padahalkan aku tidak menceritakan hal ini padanya.

“Kamu tahu dari mana?” ucapku ragu. “Tadi sewaktu Kakak mandi aku liat ponsel Kakak lho, dan aku lihat beberapa pesan dari Kak Skandar, dia ngajak Kakak ya? Aih so sweet. Bilang Mama ah.” Jawabnya.

“Eeh, apaan sih kamu. Bilang Mama? Aduh jangan deh, selama ini kan Mama tahunya Kakak pacaran sama Justin. Nah nanti kalo Mama tahu, terus Mama SALAH PAHAM kan bisa berabe, nanti dikira Kakak Player lagi. Jangan ya, jangan deh!” pintaku.

 “Masa bodo. Uwee. Mammaaa!!” teriaknya, langsung aku membungkam mulutnya, tapi percuma Mama sudah datang menemuiku dan berkata,

“Ada apa ini? Kenapa Lucy kamu bungkam mulutnya?” Tanya Mama aneh. Setelah Mama menanyakannya, terpaksa aku hanya bilang bahwa Lucy sangat kegirangan karena aku mengajakknya pergi bersama, padahal dalam hati aku ogah. Mengetahui aku berkata begitu, Lucy langsung diam dan berfikiran untuk menyetujui perkataanku. Ya terpaksa, Lucy ikut bersamaku.                                                        

                             Saat aku dan Lucy sedang berjalan menuju taman, aku melihat Selena, Demi dan Taylor tengah diganggu oleh dua orang preman. Seketika aku langsung terkaget dan berniat untuk membantu mereka, tanpa berfikir panjang aku langsung melempar kedua orang preman itu dengan batu yang lumayan besar, si preman sempat geram dan malah menghampiriku. Lucy sangat ketakutan saat itu. Aku berusaha untuk sergap menyerang mereka, aku terus menyikutnya, menjambak rambutnya bahkan menggigit, usahaku sedikit berhasil, tetapi si preman masih kuat dan menahan rasa sakit itu. Selena, Demi dan Taylor menimpuk mereka terus menerus dengan batu, sampai akhirnya dua orang preman itu melarikan diri. Keadaanku yang tengah berjongkok sambil meraba pipiku yang telah ditampar oleh preman itu dibantu oleh Selena, Demi dan Taylor. Mereka mencoba menolongku dan berniat untuk mengobati lukaku namun aku menolaknya, karena aku teringat akan janjiku pada Skandar.

“Rachel, are you okay?” Tanya Demi yang terlihat cemas. 

“Yeah, I think so” lirihku menahan perih.

“Rachel, kami sangat berterimakasih padamu, kamu tertampar preman tadi karena menolong kami. Kami rasa, kami sangat berdosa padamu.” Seru Selena. 

“Oleh karena itu, maafkanlah atas perlakuan kami yang begitu.. begitu jahat selama ini. Dan kami harap kau mau memaafkan kami.” Sambung Taylor.            

                                Dan sejak saat itu aku, Selena, Demi dan Taylor menjadi sahabat. Aku telah memaafkannya sebelum mereka mengucapkannya. Anna, dia tetap menjadi sahabat yang sangat aku cintai, dan kini kami semua telah menjadi sahabat sampai kapanpun. Semoga.           

                               Aku kembali melangkahkan kakiku namun tidak ditemani Lucy, dia merasa takut semenjak kejadian tadi. Sesampainya ditaman, aku melihat Skandar tengah duduk santai sambil sesekali dia melempar batu kerikil kedanau.

“Skandar, kau sudah lama?” sapaku sambil duduk sejajar dengannya. 

“Emm, tidak juga. Ra.. Rachel ada apa dengan pipimu? Kau ditampar siapa?” balasnya, Skandar merasa kaget melihat keadaanku. 

“Ini? Tidak.. tidak apa- apa kok.” Jawabku ragu sambil menutupi dengan tanganku. 

“Are you serious? Tanyanya sambil mengelak tanganku dan sedikit menyentuh pipiku.

 “Sudahlah! Ini tidak begitu penting. Sebenarnya, apa yang ingin kau bicarakan?” tanyaku. *(Dipercepat)*

 “Sebenarnya, aku ingin mengatakan bahwa, bahwa aku—aku, aku mencintaimu Rachel.” Ujarnya dengan sedikit terbata- bata. Jleb. Aku terkaget mendengarnya, aku merasa bahagia namun juga terpaku. Aku telah memiliki Justin. Aku tidak mungkin mengkhianatinya, disisi lain aku juga mencintainya. 

“Rachel, aku tahu kau sudah memiliki kekasih. Aku hanya ingin mengatakan ini yang sejujurnya, maafkan aku telah lancing, tapi.. ah sudahlah! Lupakan saja. Hey lihat, pemandangannya sungguh indah.” sambungnya seraya mengalihkan pembicaraan. 

                                     Aku tidak bisa berkata apa- apa, aku bingung dengan ucapannya. Ya aku tahu, pasti Skandar merasa tidak enak. Tiba- tiba saja, tanpa sepengetahuanku Justin menghampiri kami dan menonjok wajah Skandar, Justin terlihat sangat geram. Dia pasti salah paham. Sambil menghajar Skandar, Justin berkata

 “Hey kau tidak tahu diri Skandar, kau mengatakan cinta padanya, tidakkah kau tahu aku kekasihnya hah? dan kau Rachel, aku tidak percaya, kau sungguh memalukan. Dasar Playgirl, wanita macam apa kau!” bentak Justin. 

“Beraninya kau! (aku menampar Justin) asal kau tahu saja, Skandar memang menyatakan perasaannya padaku dia juga tahu diri. Dan aku, aku masih ingat padamu Justin, tidak mungkin aku mengkhianatimu aku tahu itu, tapi sekarang apa yang kau lakukan hah? mulai saat ini, kita putus!!” ujarku sambil membantu Skandar yang tengah tergeletak lemah. Aku mencoba untuk pergi dari tempat ini.

 “Tapi- tapi, tapi... aargh, maafkan aku Rachel, aku telah salah menilaimu, aku menyesal. Kembalilah padaku.” Balasnya.

 “Aku memaafkanmu Justin, tapi tidak untuk menjadi kekasihmu kembali!” jawabku

 “Sudahlah, kembali padanya Rachel.” Ujar Skandar dengan volume nada yang sangat pelan. 

“Tidak Skandar, aku tidak bisa. Aku juga mencintaimu.” Balasku. Mengetahui hal ini Justin diam terpaku.

 “Baik. Kalian berdua memang pasangan yang sangat cocok, semoga Rachel bisa bahagia disampingmu Skandar. Aku turut bahagia. Dan maafkanlah aku Skandar, maafkanlah aku Rachel.” Respon Justin seraya berlalu meninggalkan kami dengan wajah sesalnya dan juga haru.

Kini aku mendapatkan semua yang lebih baik seorang kekasih. Dan sahabat baruku The New Part Of My Life Better and More.                                 




                                                                           - THE END -


*Ini hanya fiktif belaka :)




Tidak ada komentar: