Y
|
a, Peter Gene
Hernandez, atau. . . Bruno Mars, itu benar adanya, itu memang benar kau. Menurutku, kau Bruno Mars sang penulis
lagu asal Hawaii itu. Belakangan, aku tahu kau pasti
Bruno Mars sang penyanyi L.A—Amerika Serikat
itu. Sebuah topi yang sedikit kau
miringkan ketika kau memakainya—hingga menutupi sebagian sudut matamu—telah
menjadi cirimu tersendiri—itu pasti kau, Bruno Mars. Kau unik. Kau tinggi.
Memikat banyak gadis. Tak jarang, kau berpacaran dengan salah satu diantara mereka.
Namun sepertinya, kau sedikit malu-malu.
|
Sebetulnya,
setiap aku melihatmu, aku mengutuk diriku sendiri. Karena, ini memang dosa
besar. Aku tidak boleh melakukannya. Sulit bagiku untuk tidak melirikmu ketika
kau muncul dari balik tembok panggung yang megah nan kaya itu. Ketika dosa itu aku lakukan,
tak jarang kau selalu menangkap pandangan jauhku. Sekilas, kau selalu
memberikan tatapan unik itu—perhatian sekaligus misterius. Dan, itu yang
membuatku selalu tak luput untuk menatapmu, melirik bait lagu yang selalu kau
dendangkan kepada semua pendengarmu, kepadaku.
Sihir
apa yang kau gunakan ketika kau mengalunkan merdu bait lagumu itu? Mantra apa
yang kau lontarkan ketika para pendengarmu berpaling, namun pada akhirnya
mereka—aku selalu kembali ke
nyamannya gaya topi miringmu itu?
Tidakkah
kau tahu? Kau adalah Bruno Mars yang ada di balik tembok popularitas itu. Kau
adalah Bruno Marsku—Bruno Mars
mereka. Dimana-mana, inisial namamu tertera di berbagai sudut meja media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar