Ah, canggung. Mungkin, karena kami sudah
lama tidak berjumpa, kami jarang bertatap muka, bahkan berkomunikasi pun
enggan.
Kami berjabat tangan, saling bertegur sapa, namun.
. . pada akhirnya hanya seulas senyum kaku yang melanjutkan obrolan kami.
Senyum itu, sapaan itu, terasa dingin menjalar seluruh permukaan kulit. Kami
hanya melontarkan “ya”, dan anggukan kepala. Dan lagi-lagi hanya senyum kaku
yang saling berpaut. Kami hanya menceritakan kisah lama, mungkin karena tidak
tahu apa yang seharusnya kami bicarakan.
Aku rasa, ini semua akan terasa menyenangkan, aku rasa
ini semua akan hangat seperti hubungan kami sewaktu dulu. Ingin rasanya aku
tiba-tiba menghilang dari hadapan mereka. Ah, sungguh canggung. Kaku. Aku
merasa tidak seperti dulu, atau mungkin mereka yang berubah, mereka tidak
seperti dulu. Yang jelas, aku tidak kenal mereka yang sekarang. Dan mungkin
mereka juga tidak mengenalku.
Pertemuan kaku itu, pertemuan singkat itu sangat
membuatku lelah. Seharusnya pelukan hangat saling mendekap pertemuan kami,
dengan sedikit nada rindu seharusnya terlontarkan di antara kami. Aku hanya
tidak ingin kehilangan mereka suatu saat nanti. Karena mereka, merupakan suatu
momen yang pernah kami rajut bersama. Hanya dengan cara kami suatu momen itu
dapat terbentuk. Suatu momen yang takkan pernah bisa tergantikan oleh orang
lain. Hanya aku, dia, dan mereka.
Canggug.
Segalanya serba canggung. Sangat canggung.
Aku ingat bagaimana mereka dengan nyamannya menceritakan
kisah klasik, kisah tabu sekali pun. Mereka tergelak, aku ikut terhanyut
bersama mereka. Sungguh indah waktu itu. Sungguh bersahabat.
Aku bingung. Bagaimana bisa kami yang sehangat dulu
berubah menjadi sedingin es sekarang ini. Aneh. Ke mana kisah nyaman kami yang
selalu dilontarkan dulu? Hmm, hilang, benarkah? Ah, mustahil. Mungkinkah itu semua
disebabkan karena kami memang jarang berinteraksi satu sama lain? Ya, hmm,
benarkah? Namun, apabila kami saling berinteraksi satu sama lain, mungkinkah
kami akan tetap hangat sewaktu dulu? Ah, entahlah.
Aku berharap, ini semua hanya kurangnya
waktu bersama saja. Mungkin,
jika kami sering berjumpa, akankah rasa canggung itu sirna?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar